Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas) memperkirakan jumlah
lifting minyak Indonesia hari ini berada di kisaran 806.550 barel per hari (bph), atau lebih rendah sekitar 5 persen dari target
Work Program and Budget (WP&B) 2015.
Itu artinya, jumlah tersebut masih berada di bawah target
lifting yang dicantumkan dalam asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 di angka 825 ribu bph.
"Penurunan 5 persen ini berasal dari angka WP&B 2015, bukan dari APBNP. Sementara target awal WP&B tahun ini ada di 849 ribu bph," ujar Benny Lubiantara, Kepala Divisi Pengendalian Program dan Anggaran SKK Migas di Jakarta, Rabu (29/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Benny mengungkapkan penurunan angka
lifting tak lepas dari anjloknya harga minyak dunia dan acuan harga minyak Indonesia (
Indonesian Crude Price/ICP) yang kini berada di kisaran US$ 50 per barel. Berangkat dari fenomena tersebut, kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) berbondong-bondong merevisi target WP&B 2015 yang saat ini masih dibahas bersama SKK Migas.
"Walaupun penurunan (lifting) belum signifikan, namun ada (revisi) penurunan biaya dan kegiatan sebanyak 20 sampai 30 persen tahun ini. Mungkin akhir Mei revisinya akan keluar," tutur Benny.
Meski tahun ini belum terasa signifikan, Benny meyakini revisi WP&B 2015 akan berdampak langsung pada angka
lifting minyak tahun depan. Ia pun memperkirakan bahwa angka
lifting minyak tahun depan akan turun jika saat ini tidak dilakukan peningkatan kegiatan pengembangan oleh KKKS.
"Kita lihat 2016 dimana dampak penurunan (lifting) akan terasa signifikan. Kalau revisi WP&B 2015 sendiri saat ini sudah membahas 30 WK (wilayah kerja) dari 76 WK yang berproduksi atau sudah separuhnya," ujarnya.
(gen)