Sektor Riil Anjlok, Apindo Ragu Target Ekonomi 2015 Tercapai

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Rabu, 29 Apr 2015 16:05 WIB
Apindo menilai realisasi penerimaan dan belanja negara kuartal I 2015 mencerminkan inkonsistensi pemerintah dalam merancang dan mengimplementasikan kebijakan.
Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel (kiri) dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi R Sukamdani (kanan) saling tukar Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Perdagangan dengan Apindo di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin, (13/4).(Antara Foto/Teresia May)
Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) pesimistis pemerintahan Joko Widodo bisa mencapai target-target ambisius perekonomian, menyusul anjloknya kinerja sektor riil pada kuartal I 2015.

“Saya belum mendapat laporan dari temen-temen di Apindo per sektor, yang mencatat kondisinya positif. Itu kok tidak ada,” kata Ketua Umum Apindo Hariyadi B. Sukamdani di Gedung Bank Indonesia, Rabu (29/4).

Hariyadi mengungkapkan kinerja beberapa sektor industri pada tiga bulan pertama 2015 mengecewakan. Sektor-sektor usaha yang mengalami pertumbuhan engatif antara lain industri otomotif turun 20 persen, sektor properti negatif 40 persen, sektor perhotelan minus 40 persen, dan retail terkoreksi 25 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Bahkan sektor yang biasanya paling kuat sebetulnya dalam menghadapai masalah krisis (perekonomian) seperti makanan dan minuman juga turun juga sampai 10 persen,” katanya.

Kondisi demikian membuat Hariyadi pesimistis pemerintah dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, Hariyadi berharap pemerintah segera merealisasikan belanja infrastruktur agar dapat menggerakkan perekonomian ke depan.

Pemerintah Tidak Konsisten

Hariyadi menilai kebijakan makro pemerintah pada saat diimplementasikan tidak seperti yang diharapkan. Dia mencontohkan realisasi penerimaan pajak yang turun 5,6 persen pada kuartal I 2015, dengan hanya membukukan pemasukan Rp 198,2 triliun. Hal ini dinilai tidak sinkron dengan ambisi belanja negara yang mencapai hampir  Rp 2.000 triliun sepanjang tahun ini.

““Dengan ambisi belanja yang sedemikian besar tapi kenyataan bahwa kuartal pertama saja kita penerimaan pajaknya lebih kecil dari tahun lalu berarti ada yang perlu disinkronkan,” katanya.

Selain itu, Hariyadi juga tidak melihat konsistensi pemerintah dalam meimplementasikan kebijakan. Misalnya dalam implementasi rencana pembangunan pelabuhan Cilamaya di Karawang, Jawa Barat yang batal sebelum dieksekusi.

“Kita tahu bahwa dari zaman pak SBY (Mantan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono), pelabuhan Cilamaya jadi satu prioritas untuk dibangun. Katanya tidak dibatalkan, tapi dipindahkan (lokasinya). Itu kan sama saja mulai dari nol,” ujarnya ketus. (ags/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER