Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan hampir semua negara anggota ASEAN mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2015, tak terkecuali Indonesia. Perlambatan ekonomi dunia disebut JK masih mengganggu akselerasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.
"Apa yang kita hadapi saat ini sama dengan hampir semua negara ASEAN. Pimpinan negara yang ikut di KTT ASEAN mengeluhkan pertumbuhan yang turun," kata JK dalam pidato penutupan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrengbangnas), Jakarta, Rabu (29/4) malam.
JK menjelaskan rendahnya pertumbuhan ekonomi selama tiga bulan pertama di 2015 juga turut disebabkan oleh masih rendahnya harga komoditas ekspor andalan Indonesia. Hal tersebut kemudian berdampak pada penurunan pendapatan sehingga melemahkan daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pertumbuhan ekonomi itu penting karena menjadi indikator pembangunan suatu negara, kita bisa melihat produktivitas suatu negara,” ujarnya.
Genjot Kuartal II
Menurut mantan Ketua Umum Partai Golkar tersebut, untuk dapat menjaga angka pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai target 5,7 persen sesuai yang diamanatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015, pemerintah akan mengandalkan pembangunan infrastruktur.
“Tahun ini sekitar Rp 300 triliun disiapkan untuk belanja infrastruktur. Lalu untuk membangun infrastruktur daerah, pemerintah siap membantu Rp 100 miliar untuk Peerintah Daerah,” jelas JK.
Dia memperkirakan pada kuartal II ini, anggaran-anggaran infrastruktur yang dititipkan ke sejumlah kementerian teknis bisa mulai dibelanjakan. JK menyebut pemerintah akan mempercepat belanja modal tersebut sehingga produktivitas ekonomi masyarakat yang bersinggungan dengan proyek infrastruktur tersebut bisa bergerak.
"Kalau tidak cepat, akan ada penurunan di tempat lain. Tiap bulan pemerintah belanjakan Rp 40 triliun untuk infrastruktur, sehingga diharapkan bisa menggerakkan ekonomi daerah empat kali lipat,” kata JK.
Sebelumnya, Bank Indonesia mengkritik kualitas belanja pemerintah yang masih rendah pada tiga bulan pertama tahun ini. Bank sentral menilai kebiasaan lama pemerintah itu menjadi salah satu penyebab perlambatan ekonomi kuartal I 2015, yang diprediksi hanya tumbuh sekitar 5 persen.
Sementara Badan Kebijakan Fisksal (BKF) Kementerian Keuangan justru punya prediksi yang lebih pesemistis dibandingkan bank sentral. Kepala BKF Suahasil Nazara melihat potensi pertumbuhan ekonomi nasional kemungkinan di bawah 5 persen pada kuartal I 2015.
(gen)