UBS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bakal Turun ke 4,7 Persen

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Rabu, 15 Apr 2015 13:33 WIB
UBS AG merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 menjadi 4,7 persen, dari perkiraan sebelumnya 5 persen.
Aktifitas pekerja menyelesaikan pembangunan jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) N atau biasa disebut tol akses pelabuhan di Jakarta, Jumat, 5 Desember 2014. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan finansial asal Swiss, UBS AG merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 menjadi 4,7 persen, dari perkiraan sebelumnya 5 persen karena data ekonomi yang lemah pada dua bulan pertama tahun ini.

Edward Teather, Senior Southeast Asia & India Economist UBS AG mengatakan data Indonesia terbaru menunjukan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil belum menemukan titik terendah sebelum peningkatan; sementara itu pergerakan harga komoditas terlihat tidak membantu.

“Dengan demikian, perekonomian Indonesia dapat berkurang percepatannya pada 2015 dan tidak sesuai asumsi konsensus. Selama ini kami mengantisipasi agar pertumbuhan permintaan dan kebutuhan sejajar (sideways trend), namun saat ini kami mengurangi proyeksi pertumbuhan PDB menjadi 4.7 persen dari 5 persen di tahun 2015,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (15/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Demikian pula, kami menurunkan revisi kami untuk pertumbuhan di tahun 2016 menjadi 5.6 persen, dari 5.8 persen. Kami mengharapkan adanya pemulihan sejalan dengan terpulihnya penurunan ekonomi. Kondisi moneter yang longgar, dan belanja infrastruktur yang meningkat. Namun, kami belum yakin kondisi tersebut kondusif untuk peningkatan aktivitas ekonomi secara signifikan,” jelasnya.

Dia menjelaskan, pertumbuhan masih melambat di bulan Februari berdasarkan data penjualan ekspor, impor, semen dan kendaraan bermotor – yang masing-masing membukukan level terendah selama berbulan-bulan dan pertumbuhan negatif pada tahun tersebut.

“Kemudian, kenapa penurunan PDB tidak lebih besar? Semua seri data tersebut berubah-ubah dan data perdagangan, khususnya dapat dipengaruhi oleh beragam hari libur nasional dan regional. Data survei (konsumer, retil, kepercayaan bisnis) sudah menjadi lebih semarak,” ungkapnya.

Sedikit meyakinkan, menurutnya meskipun telah melambat, produksi manufaktur meningkat sebesar 2,3 persen (yoy) pada Februari. Meskipun demikian, kunci dari pertumbuhan yang masih melambat konsisten dengan tekanan yang sedang berlangsung dari siklus pinjaman (credit cycle) yang akan jatuh tempo dan sektor komoditas.

“Kami tidak memprediksi keadaan harga komoditas meningkat jauh dalam waktu dekat; perbaikan proyeksi UBS baru-baru ini malah menurunkan harga batubara termal sebesar 13 persen pada 2015, tetapi meningkatkan proyeksi untuk harga minyak Brent sebesar 7 persen,” jelasnya.

Namun, lanjutnya, hal tersebut tidak membantu karena batubara termal adalah ekspor utama Indonesia dan minyak adalah impor utama. Dia memperkirakan dampak langsung pada neraca perdagangan Indonesia adalah –US$ 2 miliar pada 10 persen penurunan harga batubara dan –US$ 1 miliar pada 10 persen kenaikan harga minyak (dengan asumsi harga gas juga menyesuaikan).
(gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER