Pasokan Batubara Berlebih, Laba Adaro Terpangkas 55 Persen

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Senin, 04 Mei 2015 13:27 WIB
Bisnis penambangan dan perdagangan batubara masih memberi sumbangan terbesar yaitu AS$ 659 juta atau 92,68 persen terhadap total pendapatan Adaro.
Kegiatan penambangan dan pengangkutan batubara milik PT Adaro Energy Tbk (ADRO). (Dok. Adaro)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Adaro Energy Tbk (ADRO) membukukan laba bersih AS$ 59 juta sepanjang kuartal I 2015, turun 55 persen dibandingkan realisasi laba bersih periode yang sama di 2014 sebesar AS$ 132 juta. Selain menyebabkan harga anjlok, berlebihnya pasokan batubara di pasar internasional turut membuat permintaan batubara para pelanggan Adaro berkurang signifikan.

“Masih terjadi kelebihan pasokan di pasar. Kondisi ini membuat pertumbuhan permintaan terendah dalam lima tahun terakhir yang membuat harga batubara tetap rendah. Di kuartal I harga rata-rata batubara Adaro turun 14 persen dibanding periode yang sama tahun lalu,” ujar Presiden Direktur dan CEO Adaro Garibaldi Thohir dikutip dari keterangan resmi, Senin (4/5).

Sepanjang kuartal I 2015, produksi batubara Adaro tercatat turun 5,93 persen menjadi 13,16 metrik ton (MT) dibandingkan produksi kuartal I 2014 sebanyak 13,99 MT. Bersamaan dengan itu, volume penjualan turun 3 persen menjadi 13,44 MT dari sebelumnya 13,85 MT. Kondisi tersebut berimbas pada pendapatan perseroan yang turun 16 persen selama tiga bulan pertama di 2015 menjadi AS$ 711 juta dari sebelumnya AS$ 845 juta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bisnis penambangan dan perdagangan batubara masih memberi kontribusi terbesar terhadap pendapatan Adaro yaitu AS$ 659 juta atau berkontribusi sebesar 92,68 persen terhadap total pendapatan. Meskipun jika dibandingkan dengan pendapatan segmen bisnis tersebut di kuartal I 2014 yang berhasil membukukan AS$ 792 juta nilainya turun 17 persen.

Sementara bisnis jasa pertambangan tetap memberi kontribusi di angka AS$ 34 juta, tidak mengalami perubahan dibandingkan kuartal I 2014. Serta bisnis lainnya menyumbang AS$ 18 juta, turun 5 persen dibandingkan kuartal I 2014.

Pria yang kerap disapa Boy Thohir itu mengungkapkan walaupun sepanjang 2015 ini pasar batubara diperkirakan masih akan sulit kembali stabil, namun manajemen Adaro berkeyakinan penurunan harga dan permintaan tersebut sesuai dengan siklus yang pernah terjadi.

“Sedangkan fundamental jangka panjang sektor batubara dan energi tetap kuat. Dalam situasi harga batubara yang lemah ini, Adaro akan terus berfokus untuk menjaga modal, efisiensi biaya dan mengurangi utang,” ujar Boy.

Efisiensi dan Ekstensifikasi Bisnis

Guna mengoptimalkan penjualan batubara sehingga bisa menciptakan laba saat harga sedang rendah, Adaro melakukan efisiensi biaya termasuk untuk bahan bakar, biaya pengangkutan, serta penanganan di kuartal I 2015 dan akan dilanjutkan sepanjang tahun ini.

Sampai Maret 2015, biaya kas batubara di luar royalti turun 6 persen menjadi AS$ 28,15 per ton, atau lebih rendah daripada panduan tahunan yang telah ditetapkan pada kisaran AS$ 31 sampai AS$3 3 per ton.

Sementara untuk mengantisipasi fluktuasi harga minyak, Adaro menurut Boy telah melakukan lindung nilai (hedging) terhadap sekitar 30 persen kebutuhan bahan bakar di 2015 dengan harga pada rentang atas AS$ 0,70 per liter.

“Harga lindung nilai bahan bakar ini masih di bawah anggaran perusahaan untuk tahun 2015, sehingga mendukung upaya untuk bertahan di bawah panduan biaya kas batubara. Dalam situasi harga batubara yang lemah ini, Adaro akan terus berfokus untuk menjaga modal, efisiensi biaya dan mengurangi utang,” katanya.

Selain melakukan efisiensi biaya operasional, Adaro juga akan melakukan ekstensifikasi bisnis dengan mengembangkan pembangkit listrik mulut tambang.

“Kami berencana membangun pembangkit listrik dengan kapasitas total 35 Gigawatt (GW) dalam lima tahun ke depan, yang sebagian besar akan merupakan pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Strategi yang diambil untuk mengembangkan bisnis non pertambangan batubara telah membantu untuk bertahan dalam kondisi pasar batubara yang masih lemah,” ujarnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER