Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia Tbk menyiapkan tiga strategi bisnis untuk menjaga pertumbuhan usaha di tengah perlambatan ekonomi nasional. Inovasi bisnis yang dikembangkan perseroan diklaim berhasil menyelamatkan maskapai pelat merah itu dari kerugian.
Direktur Niaga Garuda Indonesia Handayani menyebutkan strategi pertama adalah memberikan harga tiket yang kompetitif untuk jangka waktu pemesanan jauh sebelum waktu keberangkatan.
“Pertama, kita sampaikan, kalau mau pergi tentu harus plan a head, harus rencanakan dari jauh-jauh hari sehingga kita bisa berikan harga terbaik. Karena semakin jauh hari (pemesanan tiket), harganya tentu lebih kompetitif,” kata Handayani ketika di Jakarta, Senin (11/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Strategi berikutnya, kata Handayani, Garuda memperpanjang jangka waktu pembayaran cicilan (installment) untuk pembelian tiket, dari sebelumnya tiga bulan menjadi enam sampai 12 bulan. “Jadi berlibur terasa lebih murah dibandingkan dulu yang harus bayar cash,” ujarnya.
Terakhir, lanjutnya, perseroan memperbanyak kemitraan dengan banyak perusahaan yang bergerak di bidang akomodasi dan transportasi wisata guna memangkas anggaran perjalanan pelangganya. "Misalnya, perseroan bekerjasama dengan hotel untuk memberikan extra room night," tuturnya.
Kombinasi ketiga strategi ini, Menurut Handayani, cukup efektif menjaga animo pelanggan untuk tetap bepergian menggunakan Garuda di tengah kondisi penurunan daya beli masyarakat.
Bagi Handayani, lesunya perekonomian dapat menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi masyarakat. Ada segmen masyarakat yang memang menghentikan ataupun mengurangi kegiatan perjalannya, tapi masih ada yang optimistis dalam mencari peluang bisnis dengan terus melakukan perjalanan bisnis. “Ada orang yang daripada dia di rumah dia mending travelling untuk mencari apakah ada opportunity-opportunity bisnis lainnya. Nah kita coba garap segmen yang ini” tutur Handayani.
Handayani menambahkan inovasi yang dilakukan perseroan terbukti berhasil membuat Garuda Indonesia meraup laba bersih US$ 11,39 juta pada kuartal I 2015. Angka tersebut merupakan raihan signifikan meningkat pada periode yang sama tahun lalu perseroan merugi Rp US$ 168,04 juta.
Sebagai informasi, pendapatan usaha perseroan pada kuartal I 2015 naik dari US$ 817,41 juta di periode yang sama tahun sebelumnya menjadi US$ 927,32 juta. Capaian tersebut berasal dari naiknya pendapatan penerbangan berjadwal menjadi US$ 805,48 juta dari US$ 734,97 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya.