Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah menjanjikan insentif pajak bagi semua investor minyak dan gas (migas) yang membangun kilang baru di Indonesia. Selain untuk mempercepat pembangunan proyek, fasilitas ini diberikan untuk menjamin realisasi penanaman modal dan meningkatkan tingkat pengembalian investasi atau internal rate of return (IRR).
"(Yang pasti) ada skema berbagai tax incentive. Detilnya sedang dibahas," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja saat dihubungi Senin malam (11/5).
Mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) nomor 18 tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu, pemerintah akan memberi fasilitas potongan atas pengenaan pajak penghasilan (PPh) atau yang dikenal tax allowance kepada perusahaan yang berminat membangun fasilitas kilang baru. Selain tax allowance, pemerintah pun menjanjikan adanya pembebasan pajak penghasilan dalam jangka waktu tertentu alias tax holiday.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, jika pembangunan kilang menggunakan skema public private partnership (PPP), pemerintah juga akan menyediakan sejumlah lahan yang dapat dipakai untuk merealisasikan proyek tersebut.
Meski begitu, Wiratmaja mengatakan pihaknya masih perlu mengalkulasi beberapa fasilitas yang akan diberikan kepada investor. "Sekarang sedang disusun (besarannya) oleh tim kilang," tambahnya.
Tunjuk PertaminaGuna mempercepat pengadaan kilang minyak baru di Indonesia, Pemerintah diketahui telah menugaskan PT Pertamina (Persero) untuk melakukan pembangunan proyek. Satu diantaranya ialah proyek kilang minyak berkapasitas 300 ribu barel per hari (Bph) yang akan dibangun di Bontang, Kalimantan Timur.
Wiratmaja berharap dengan penugasan ini Pertamina mampu merealisasikan kilang Bontang pada 2020 atau lebih cepat 4 tahun daei target sebelumnya di 2024.
Oleh karena itu pemerintah telah memberi kesempatan kepada perusahaan migas pelat merah tersebut untuk menentukan mitranya sendiri sekaligus teknologi yang akan digunakan.
"Yang pertama ini penugasan Pertamina supaya cepat terlaksana," ujarnya.
Dari perkiraan awal, kilang minyak Bontang akan menelan biaya investasi mencapai Rp 90 triliun. Apabila terintegrasi dengan fasilitas kilang petrokimia, nilai investasinya bisa melonjak menjadi Rp 120 triliun.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Pengolahan Pertamina Rahmad Hardadi mengaku pihaknya masih menyiapkan persiapan teknis tender dan menemukan mitra di proyek kilang.
"Ini baru pada tahapan persiapan awal, dan belum sampai pada tahapan tersebut. Nanti pada waktunya saya info," tutur Rahmad.
(ags)