Kemendag Bakal Perketat Impor Ponsel Sampai Mainan Anak

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 18 Mei 2015 15:50 WIB
Tujuh barang konsumsi akan diperketat impornya oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag). Alasannya untuk memperkuat industri dalam negeri dan mengurangi defisit.
Mendag Rachmat Gobel (kiri) didampingi Dirjen Perdagangan Luar Negeri Partogi Pangaribuan (kanan). (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan memperketat impor tujuh barang konsumsi. Hal tersebut dilakukan untuk melindungi industri dalam negeri serta mengamankan surplus neraca perdagangan tanah air di tengah lesunya perekonomian global.

“Kami akan mengontrol dengan ketat impor-impor yang memang bisa dikurangi, barang-barang konsumsi khususnya,” kata Menteri Perdagangan Rahmat Gobel di kantornya, Jakarta, Senin (18/5).

Rahmat memastikan kebijakan pemerintah dalam mengelola impor nantinya tidak akan menyimpang dari koridor yang diizinkan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) mengingat Indonesia masih menjadi anggotanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Negara lain saja kalau dia merasa industri di negaranya terancam, ada saja cara-cara yang dipakai untuk melindungi,” tutur Rahmat.

Dia mencontohkan, Amerika Serikat menentukan standar kualitas yang tinggi untuk beberapa produk ingin masuk ke pasar negaranya. Apabila barang tersebut tidak memenuhi standar, maka barang tersebut akan dikembalikan ke negara asalnya.

Ponsel Sampai Mainan

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Partogi Pangaribuan menambahkan akan ada tujuh barang konsumsi yang akan diperketat impornya oleh pemerintah diantaranya elektronika, mainan anak-anak, tekstil bermotif batik, dan alas kaki. Barang-barang tersebut dianggap mendistorsi pasar dalam negeri.

“Pengetatan juga akan dilakukan dengan mengurangi alokasi impor untuk telepon seluler (ponsel) yang per tahunnya mencapai US$ 3,5 miliar. Dengan impornya mulai menurun, harapannya nanti mereka (produsen) investasi di sini,” kata Partogi.

Terkait dengan teknis pengaturan, baik Rahmat maupun Partogi masih enggan menjelaskan lebih lanjut.

“Biarlah kami dibilang jadi sedikit bad boy tidak apa-apa tetapi paling tidak industri dalam negeri bisa diselamatkan. Sehingga begitu pasar global mulai menggeliat, industri kita pun sudah mulai kuat dan juga bisa mendominasi pasar-pasar ekspor yang sudah kita bina,” kata Partogi.

Sebagai informasi, Indonesia mengalami penurunan surplus perdagangan sebesar 59,78 persen dari US$ 1,13 miliar pada Maret 2015 menjadi US$ 454,4 juta sepanjang April 2015. Secara kumulatif, neraca perdagangan tahun ini hingga bulan April 2015 tercatat surplus US$ 2,8 miliar, yang terdiri atas surplus nonmigas sebesar US$ 4,0 miliar dan defisit perdagangan migas sebesar US$ 1,3 miliar. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER