Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan bahwa ajang World Economic Forum East Asia di Jakarta yang berakhir hari ini bukanlah pertemuan yang ditujukan untuk menjaring investasi dan perdagangan. Acara ini adalah diskusi yang membahas masalah ekonomi dunia.
Rachmat mengakui selama World Economic Forum dia telah melakukan berbagai pertemuan bilateral yang mengindikasikan adanya peningkatan investasi dan perdagangan.
Dia mengatakan ada banyak delegasi baik dari pemerintahan negara lain maupun korporasi yang menemuinya di sela-sela agenda WEF. Pertemuan dengan pemerintahan antara terjadi dengan Afrika Selatan, Vietnam, dan Malaysia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertemuan dengan Malaysia dan Vietnam tentunya membahas peningkatan harga komoditas yang sedang jatuh mengingat kita bersama negara-negara tersebut mengandalkan komoditas sebagai penerimaan negara. Sedangkan dengan Afrika Selatan, kita berbicara masalah peningkatan perdagangan. Terlebih perdagangan kita dengan negara tersebut selalu surplus," katanya di Jakarta, Selasa (21/4).
Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa nilai ekspor Indonesia ke negara Afrika tersebut adalah sebesar US$ 1,4 miliar yang terdiri dari kelapa sawit, karet, dan kendaraan bermotor. Sedangkan ekspor Afrika Selatan ke Indonesia mencapai US$ 477 juta, sehingga Indonesia memperoleh surplus sebesar US$ 923 juta.
"Kami memang menginginkan peningkatan kerjasama dengan Afrika Selatan karena negara ini merupakan pintu masuk tradisional perdagangan di benua Afrika," ujar Rachmat.
Selain dengan pihak pemerintah, Rachmat juga menemui beberapa perwakilan dari korporasi. Ia mengatakan perusahaan-perusahaan tersebut nantinya berencana untuk melakukan perluasan investasi.
"Beberapa perwakilan yang menemui kami ada Hitachi, Mitsubishi, dan DuPont. Hitachi dan Mitsubishi mengatakan akan memperluas investasinya, bahkan Mitsubishi mengatakan akan membantu jasa perdagangan melalui Mitsubishi Trading Company," kata Rachmat.
Meskipun membeberkan hal tersebut, namun Rachmat bilang perusahaan-perusahaan tersebut tidak ingin publik mengetahui nilai investasi yang dibicarakan. Selain itu, investasi DuPont yang rencananya ingin membuat pusat riset di Indonesia pun juga masih dalam kajian.
"Untuk DuPont sendiri belum ada nilai investasi, masih sebatas pembicaraan karena mereka juga ingin melihat kebijakan-kebijakan di Indonesia sendiri," katanya, mengakhiri.
(ded/ded)