Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Suryo Bambang Sulisto menyatakan kekecewaannya terhadap Bank Indonesia (BI) karena pejabatnya mengeluarkan beberapa pernyataan yang membuat pasar dan investor takut, sehingga kondisi ekonomi kian melemah.
Suryo menyatakan hal tersebut merujuk kepada pernyataan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo yang sempat menyatakan level rupiah bakal terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga tahun depan.
“Seharusnya pemerintah dan BI itu tidak membuat pernyataan-pernyataan yang membuat investor dan pelaku pasar takut.
Hal itu bakal membuat situasi ekonomi kita semakin tidak kondusif.Suryo Bambang Sulisto |
,” ujar Suryo usai memberikan sambutan dalam Indonesia Green Infrastructure Summit di Jakarta, Selasa (9/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SBS menilai lebih baik pemerintah dan BI memberikan sikap yang membuat pelaku pasar merasa nyaman untuk terus menanamkan investasinya di Indonesia. Sementara, terkait prediksi level rupiah, Suryo menyatakan Kadin tidak mau berhitung dan lebih memilih fokus bekerja demi memperbaiki situasi ekonomi.
“Kami tidak hitung level rupiah, itu urusan BI bagaimana memperbaiki level rupiah. Saya lebih baik fokus kerja untuk memperbaiki situasi ekonomi,” ungkapnya.
Benar saja, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat kembali melemah tajam pada sesi perdagangan pertama hari ini hingga melorot 3,1 persen ke level 4.858.
Dalam perdagangan hingga jeda siang, tercatat total transaksi mencapai nilai Rp 4,58 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 3,218 miliar saham. Sementara itu, investor asing mencetak
net sell sebanyak Rp 293 miliar. Semua sektor tercatat melemah tajam yang dipimpin oleh sektor properti yang anjlok hingga 4,13 persen.
Seperti diketahui, sebelumnya Agus Martowardojo sempat memprediksi nilai tukar rupiah pada 2016 berada di kisaran Rp 13 ribu hingga Rp 13.400 per dolar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan prediksi Pemerintah yang memasang angka Rp 12.800-Rp 13 ribu.
Ramalan tersebut disampaikan Agus dalam rapat kerja pembahasan asumsi ekonomi makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Senayan, Jakarta, Senin (8/6).
BI sendiri mencatat sejak Januari 2015 rupiah telah mengalami pelemahan hingga 6,71 persen. Agus juga sempat mengatakan Indonesia harus mewaspadai adanya perang kurs (
currency war) di antara negara-negara yang memiliki kekuatan ekspor.
"Justru yang saya lihat, tiga tahun ke depan akan terus ada
currency war karena kalau program peningkatan bunga berjalan berkala akan berdampak ke mata uang negara lain. Mata uang negara lain antara satu dengan lain akan menjaga posisi kompetitif mata uangnya, tentu perlu kita antisipasi," kata Agus di gedung DPR Jakarta, Senin (8/6) malam.
(gen)