Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mengklaim fundamental ekonomi nasional masih cukup bagus meski dihantui depresiasi rupiah. Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro kembali mengatakan kejatuhan kurs merupakan permasalahan global yang tidak hanya melanda rupiah, tetapi juga memukul mata uang mayoritas negara di dunia.
"Ini gejolak sesaat karena ada penguatan dolar AS. Ini concern bukan hanya kita, tapi juga seluruh dunia mata uangnya tergerus," ujar Bambang di kantor pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Ahad (14/6).
Hanya saja, Bambang mengakui kejatuhan rupiah cukup mengagetkan publik Tanah Air yang belum terbiasa dengan depresiasi yang terlalu dalam. Fenomena ini dinilainya biasa terjadi di negara lain sehingga tidak terlalu direspon negatif oleh pelaku ekonominya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita mungkin karena pernah menguat tajam pada 2011-2012 jadi kaget dengan perubahan ini. Tapi yang pasti kami coba yang terbaik di pasar modal, pasar surat utang, dan pasar uang," tuturnya.
Untuk memastikan kondisi ekonomi terjaga, Bambang menekankan pemerintah dan Bank Indonesia akan bekerjasama dalam mengendalikan inflasi. Hal ini penting untuk menjaga daya beli masyarakat dan investasi tak terlalu terpukul sehingga bisa keduanya bisa menjadi motor pertumbuhan hingga akhir tahun.
"Jadi dua untuk jaga daya beli, lewat inflasi dan dari investasi," tuturnya.
Dia berharap perbaikan kondumsi dan investasi di kuartal II akan menumbuhkan ekonomi lebih tinggi dari kuartal sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu. "Pokoknya kami upayakan pertumbuhan ekonomi lebih baik dari tahun lalu," katanya.
Sebagai informasi, pada perdagangan pekan lalu rupiah sempat menembus Rp 13.300 per dolar As yang merupakan level terendah sejak krisis 1998. Kondisi ini membuat bank sentral cemas dan meminta publik mewaspadai
perang kurs (currency war) di antara negara-negara yang memiliki kekuatan ekspor. (Baca juga: Rupiah Makin Loyo, Gubernur BI: Waspadai Perang Kurs)