Rekomendasi Final Nasib Blok Mahakam Mendarat di Meja Jokowi

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Rabu, 17 Jun 2015 14:34 WIB
Rekomendasi ini merupakan hasil diskusi antara PT Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation, serta PT Pertamina (Persero) sebagai calon operator Mahakam.
Presiden Joko Widodo diyakini dalam waktu dekat akan mengambil keputusan masa depan pengelolaan Blok Mahakam berdasarkan rekomendasi Menteri ESDM Sudirman Said. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu/)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyerahkan rekomendasi final perihal pengelolaan blok gas Mahakam, Kalimantan Timur ke meja Presiden Joko Widodo, pada Senin sore (15/6).

Rekomendasi ini merupakan hasil diskusi antara PT Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation, serta PT Pertamina (Persero) sebagai calon operator Mahakam pada 2018 mendatang.

Meski enggan menjelaskan detil mengenai pembagian hak partisipasi (participating interest/PI), Direktur Program Pengusahaan Hulu Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengungkapkan instansinya telah merekomendasikan Pertamina menjadi pemegang hak partisipasi secara mayoritas. Sementara untuk Total dan Inpex akan diberikan kesempatan untuk tetap berada di Blok Mahakam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semua tergantung Pak Presiden. Tapi kami sudah memutuskan (rekomendasi) Pertamina akan menjadi mayoritas, dan PI Pemda (Pemerintah Daerah) sebesar 10 persen. Sementara Total dan Inpex silahkan B to B dengan Pertamina," ujar Djoko saat dihubungi, Kamis (17/6).

Selain mencantumkan usulan pembagian besaran PI, Djoko bilang dalam rekomendasi tersebut juga disinggung mekanisme masa transisi. Djoko mengatakan, masa transisi sendiri akan dimulai pada 2016 dengan melibatkan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

"Detilnya tunggu saja," ujarnya.

Pada kesempatan berbeda, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam pun tak menampik mengenai adanya penyerahan rekomendasi putusan Blok Mahakam ke meja Jokowi. Sayangnya, ia juga masih bungkam mengenai besaran PI yang diajukan pemerintah dan usulan Pertamina teranyar.

"Saya belum bisa memberikan update informasi. Daripada misleading lebih baik tunggu hasil official-nya ya," kata Syamsu.

Sebagaimana diketahui, Total dan Inpex telah mengelola Blok Mahakam sejak 31 Maret 1967 dengan tenor 30 tahun. Ketika kontrak pertama berakhir pada 1997, kedua perusahaan tersebut kembali mendapat perpanjangan kontrak selama 20 tahun hingga 2017. Di era Jokowi, pemerintah pun telah menjanjikan Pertamina dapat menjadi operator.

Awalnya saat eksplorasi dilakukan pada 1967, cadangan (gabungan cadangan terbukti dan cadangan potensial) minyak dan gas bumi di Blok Mahakam cukup besar yaitu 1,68 miliar barel minyak, serta gas bumi sebesar 21,2 triliun kaki kubik (TCF).

Setelah mulai berproduksi dari lapangan Bekapai pada 1974, Total dan Inpex telah melakukan produksi dan pengurasan secara besar-besaran cadangan di blok Mahakam dan membuat Indonesia menjadi eksportir LNG terbesar di dunia pada kurun waktu 1980-2000.

Namun, kini setelah selama 40 tahun, sisa cadangan terbukti dan potensial minyak Mahakam saat ini sebesar 185 juta barel dan cadangan gas sebesar 5,7 TCF. Pada akhir masa kontrak di 2017, diperkirakan masih tersisa cadangan minyak sebesar 131 juta barel dan cadangan gas sebanyak 3,8 TCF. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER