Jakarta, CNN Indonesia -- Asian Development Bank (ADB) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 menjadi 5 persen dari yang semula diprediksi tumbuh 5,5 persen.
Country Director ADB Steven R. Tabor mengungkapkan ada sejumlah indikator ekonomi yang selalu jadi perhatian ADB dalam memproyeksi masa depan ekonomi Indonesia. Pertama ADB menilai, kontribusi pemerintah terhadap pertumbuhan diprediksikan lebih rendah dari proyeksi awal akibat lambatnya penyerapan anggaran dan pendapatan pajak hingga semester I 2015.
Indikator kedua menurut ADB adalah tertundanya dampak positif dari reformasi ekonomi yang baik. Seperti pengurangan subsidi bahan bakar, perbaikan aturan perizinan dan akuisisi lahan. Namun dampak dari langkah-langkah tersebut belum bisa dirasakan pada semester I, tidak sebanding dengan naiknya harga barang dan jasa yang terjadi di masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil positif reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) tertunda, pertumbuhan investasi yang dilakukan pemerintah lebih lambat dari yang diprediksi," ujar Tabor dalam paparannya di kantor ADB Jakarta, Selasa (7/7).
Yang terakhir, ADB menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2015 masih terseret oleh rendahnya harga komoditas ekspor serta realita masih rendahnya perekonomian negara mitra dagang Indonesia yakni Tiongkok.
6,6 Persen Tahun DepanKendati demikian, ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di semester II 2015 lebih baik dibandingkan semester I akibat pemerintah yang mulai melakukan belanja dan net ekspor yang kian pulih.
"Meskipun belanja pemerintah aktual diprediksi hanya mencapai 85 persen dari target, sekitar 88 persn akan dibelanjakan di semester II atau naik 94 persen dari semester II 2014," jelas Tabor.
Inflasi diperkirakan akan melemah secara bertahap ke level 4-4,5 persen menjelang akhir tahun, namun ADB yakin Bank Indonesia akan tetap fokus pada stabilitas ekonomi akibat ketidakpastian The Federal Reserves Amerika Serikat.
ADB juga memperkirakan ekspor dan investasi mulai membaik tahun depan sehingga bisa membawa pertumbuhan ekonomi meningkat hingga 6,6 persen pada 2016.
(gen)