Tunggu Penjelasan Berau, BEI Masih Ogah Cabut Suspensi

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Jumat, 10 Jul 2015 15:35 WIB
Bursa Efek Indonesia belum akan mencabut suspensinya terhadap perdagangan saham Berau Coal sampai manajemen menjelaskan tentang restrukturisasi utangnya.
(ANTARA FOTO/Pus
Jakarta, CNN Indonesia -- Jajaran PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan masih menunggu konfirmasi dan penjelasan manajemen PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) menyusul kegagalan pembayaran utang obligasi senilai US$ 450 juta yang jatuh tempo pada 8 Juli 2015. 

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat mengatakan pihaknya sendiri belum berniat mencabut suspensi atas perdagangan saham emiten batubara bertiker BRAU itu, yang sejak 4 Mei 2015 kemarin dibekukan lantaran manajemen Berau tak kunjung menyampaikan laporan keuangann 2014.

"Masih kami tunggu penjelasannya. Namun memang sampai sekarang kan masih kami suspensi saham Berau, karena juga belum menyampaikan laporan keuangan," ujarnya di gedung BEI, Jakarta, Jumat (10/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya BEI memperpanjang periode suspensi saham Berau Coal karena tak kunjung menyampaikan laporan keuangan pada periode 2014. Perpanjangan suspensi tersebut diumumkan pada 30 Juni 2015, sementara saham Berau Coal sudah disuspensi sejak 4 Mei 2015.

Perusahaan batubara milik Grup Bakrie tersebut mengalami gagal bayar untuk utangnya senilai US$ 450 dalam bentuk obligasi yang diterbitkan anak usahanya di Singapura dan jatuh tempo pada 8 Juli 2015. Obligasi berkupon 12,5 persen itu diterbitkan oleh Berau Resources Pte Ltd di Singapura dan dijamin oleh BRAU.

Di tengah upaya pembayaran utang obligasi Berau, terdapat satu perusahaan yakni Asia Coal Energy Ventures Limited (ACE) yang mengumumkan telah melakukan penawaran tunai untuk mengakuisisi 100 persen dari semua saham Asia Resource Minerals (ARMS) yang merupakan pemegang 84,7 persen saham BRAU.

Adapun ACE yang belakangan merupakan perusahaan investasi yang dimiliki oleh Grup Sinar Mas itu melakukan penawaran pada 1 Juli kemarin. Dari catatan yang dihimpun, proses akuisisi sudah sampai tahap final karena saat ini ACE sudah mendapatkan sekitar 68,2 persen dukungan dari pemegang saham ARMS, perusahaan yang tercatat di bursa London.

Bahkan, pemegang saham lama ARMS termasuk bankir Inggris bernama Nathaniel Rothschild pun dikabarkan sempat mengajukan penawaran suntikan ekuitas untuk BRAU melalui kendaraan investasinya yakni NR Holdings. Berbekal putusan tadi, manajemen Berau pun mengklaim mampu melunasi kewajibannya. 


"Kalau memang proses kepemilikannya bakal berubah ya diharapkan bisa positif karena diharapkan ada perbaikan kinerja. Tapi kan itu butuh proses ya," ujar Samsul menanggapi rencana akuisisi Berau oleh Grup Sinar Mas.

Diganjar Rating Negatif

Sebetulnya, sebelum dinyatakan belum gagal bayar (default) Pengadilan Tinggi Singapura telah mengenakan moratorium untuk surat utang 2015 tersebut dan memberikan waktu hingga 4 Januari bagi BRAU untuk bernegosiasi dengan para pemegang surat utangnya. Beberapa waktu lalu, manajemen ACE mengumumkan mengenai ketentuan dari restrukturisasi surat utang yang diajukan itu.

Dalam transaksi yang diajukan, manajemen BRAU menyatakan akan membayar sebagian pokok surat utang dengan US$ 100 juta yang diraih dari suntikan modal dari ARMS sebagai utang atas induk usaha.

Selain itu, perusahaan juga akan membayar dengan US$ 18,75 juta kas yang ada sementara untuk sisa porsi surat utang senilai US$ 450 juta yang jatuh tempo 8 Juli 2015 dan surat utang BRAU US$ 500 juta yang jatuh tempo 13 Maret 2017 akan ditukar dengan surat utang baru yang masing-masing jatuh tempo pada 31 Juli 2019 dan 31 Desember 2010.

Disamping memperpanjang tenggat waktu, proposal restrukturisasi tersebut juga bertujuan untuk mengurangi kupon, yang dibayar dengan tunai dan penyertaan modal (saham). Akan tetapi lembaga pemeringkat, Moodys akan tetap memberikan rating Caa2 negative untuk BRAU sampai manajemen mampu memastikan keberhasilan dari upaya restrukturisasi.

"Ketika sudah terlaksana, penawaran restrukturisasi obligasi 2015 dan 2017 baru akan positif karena mampu menurunkan pembayaran kupon secara tunai dan akan meningkatkan profil keuangan perusahaan secara signifikan lantaran tenggat waktunya dimundurkan hingga 2019," ujar Brian Grieser, Vice President dan Senior Analyst Moodys. (dim/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER