Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan tumbuh lebih rendah sejak terjadinya krisis pada pasar modalnya pekan lalu.
Menurut survei yang dilakukan CNNMoney, para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi China di kuartal II tidak akan bisa melampaui angka 7 persen yang dicapainya pada kuartal I 2015.
Secara tahunan, bahkan para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi China hanya akan menyentuh angka 6,95 persen tahun ini. Perlambatan berlanjut tahun depan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai negara tirai bambu hanya sebesar 6,5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pemerintah China saat ini tidak memiliki pilihan lain kecuali terus bekerja untuk merangsang ekonomi yang tengah merosot melalui kebijakan,” kata analis dari UBS Harrison Hu dikutip Senin (13/7).
Pekan lalu setidaknya 10 langkah dilakukan oleh pemerintah China untuk menyelamatkan tiga bursa sahamnya dari kehancuran lebih parah. Salah satunya adalah memangkas kembali suku bunga, sehingga menjadikannya pemangkasan ketiga yang dilakukan tahun ini.
Para ahli mengatakan penurunan suku bunga dilakukan lebih awal dari yang diharapkan, kemungkinan sebagai pertahanan terhadap kemerosotan pasar saham yang mengkhawatirkan selama beberapa minggu terakhir.
Lima puluh persen dari ekonom yang disurvei oleh CNNMoney mengatakan bahwa gejolak pasar saham saat ini merupakan risiko utama untuk perekonomian China. Ini adalah pertama kalinya pemerintah China menjadikan pasar modal sebagai perhatian utama kebijakan ekonomi yang diambilnya.
Padahal sebelumnya negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping tersebut dinilai lebih banyak memberikan perhatian kepada sektor industri dan properti.
Wang Tao, analis dari UBS menyebut bursa saham China telah mengalami pergerakan liar dalam beberapa pekan terakhir yang pada puncaknya menghasilkan penarikan modal lebih dari US$ 3 triliun.
Shanghai Composite misalnya, telah mengalami penurunan sekitar 30 persen sejak 12 Juni, setelah melonjak sepanjang tahun. Selain itu sekitar setengah dari 2.800 perusahaan yang terdaftar di bursa efek China telah menangguhkan perdagangannya.
Biro Stastistik Nasional China sendiri dijadwalkan akan mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II pada 15 Juli 2015.