Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan perlu untuk segera membentuk dana cadangan (
petroleum fund) guna menebus selisih harga bahan bakar minyak (BBM) karena adanya fluktuasi harga minyak mentah dunia saat ini.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan hal itu terkait fluktuasi harga minyak mentah dunia dan kebijakan stabilisasi harga BBM. Pasalnya, beberapa saat lalu PT Pertamina (Persero) sempat merugi karena menjual BBM di bawah nilai keekonomian.
"Kemarin kan pas harga minyak naik sempat merugi. Sekarang bukan subsidi, makanya evaluasinya kan setahun. Sekarang harga minyak sedang turun-turunnya, kita harapkan di akhir tahun selisihnya bisa nol," ujarnya di gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (22/7)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, lanjut Wiratmaja, adanya pembentukan
petroleum fund sangat diperlukan untuk mempermudah stabilisasi harga. Ia menjelaskan, hal tersebut bisa dilaksanakan pada 2016 mendatang.
"
Petroleum fund itu memang
urgent, jadi sangat perlu. Karena ini kan perlu persetujuan parlemen, jadi akan kita usulkan ke DPR. Mungkin bisa dibentuk pada 2016," jelasnya.
Sementara itu, terkait asal pendanaan, Wiratmaja mengatakan hal itu bisa diperoleh dari beberapa skeman. Beberapa di antaranya adalah melalui Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) atau dengan pengenaan pajak melalui kewenangan Kementerian Keuangan.
"Pendanaannya bisa dari APBN atau pajak. Itu nanti kewenangan Kementerian Keuangan. Intinya ketika harga turun disimpan pungutannya, ketika naik dikeluarkan untuk subsidi harga BBM," kata Wiratmaja.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengaku telah berdiskusi dengan manajemen Pertamina guna merumuskan pengelolaan harga BBM. Perundingan tersebut telah mempertimbangkan kecenderungan turun harga minyak dan potensi pelemahannya di masa mendatang, serta faktor depresiasi kurs.
"Tetap saja posisi kita harus melihat perkembangan dengan cermat, dan jangan lupa selama beberapa waktu lalu Pertamina menanggung kerugian karena kita punya kebijakan ingin menstabilkan harga," ujarnya.
Sekalipun harga minyak dunia turun drastis, Sudirman mengatakan pihaknya tidak akan terburu-buru menurunkan harga BBM guna mengkompensasi kerugian Pertamina.
"Itu adalah wujud konsistensi pemerintah dalam mengelola masalah subisidi. Kalau ada yang meragukan konsistensi kami ya kami akan jalan terus. Tapi di satu sisi masyarakat akan dibantu untuk menstabilkan cara mereka mengelola ekonomi," jelasnya.
Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri melalui blog pribadinya menyatakan, dalam hal ini Indonesia kalah oleh pemeritah Timor Leste. Ia menyatakan cadangan minyak bumi tinggal 3,7 miliar barrel dan produksi sudah di bawah 800 ribu barrel sehari. Uang minyak habis entah kemana, kata Faisal, sementara ribuan triliun menguap diterkam subsidi BBM.
"Indonesia tidak memiliki sistem pendanaan sumber daya alam sehingga tabungannya nihil. Timor-Leste dengan petroleum Fund yang sudah mencapai US$ 15,7 miliar berada di urutan ke-22. Norwegia berada di puncak dengan dana yang sudah terkumpul mencapai US$ 850 miliar," ujarnya.
(gir/gir)