Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) menyatakan pencampuran (blending) produk terbaru, Pertalite dilakukan di dalam negeri. Produksi varian bahan bakar minyak (BBM) yang beroktan 90 (Research Octane Number/RON 90) ini dilakukan di Kilang Balongan dan Cilacap.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menyatakan saat ini kapasitas produksi kilang Balongan sekitar 200 ribu barel per hari. Sementara itu, kilang Cilacap masih dalam proses persiapan produksi.
“Produksi Pertalite di (kilang) Balongan sama Cilacap. Harus dalam negeri semuanya, kita tidak ingin ada di luar negeri,” kata Dwi dalam acara Uji Pasar Pertalite di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Jumat (24/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwi menyebutkan untuk memproduksi Pertalite dilakukan pencampuran antara minyak dengan kadar oktan tinggi (High Octane Mogas Component/HOMC), nafta (naphta), serta aditif. Dengan adanya produk ini Pertamina dapat mengutilisasi komponen naphta yang selama ini kelebihan pasokannya diekspor dengan harga juga yang murah.
“Naphta yang biasanya memang kita kelebihan dan terpaksa harus diekspor, kemudian harus keluar dari produk kilang dan kita jual dengan mendapatkan pricing yang rendah, kita bisa utilisasikan di sini,” kata Dwi.
Sebelumnya, VP Corporate Communication PT Pertamina Wianda Pusponegoro sempat menyatakan bahwa terdapat kelebihan produksi nafta Pertamina mencapai 295 ribu barel per bulan.
Lebih lanjut, Dwi menyebutkan adanya pertalite juga sebagai upaya pemerintah untuk mengembangkan komponen HOMC yang selama ini masih diimpor. Pertalite hari ini mulai dijual di sejumlah SPBU di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Produk ini dibanderol dengan harga Rp 8.400 per liter.
Yusri Usman, pengamat kebijakan energi nasional, sempat mempertanyakan asal-usul Pertalite. Pasalnya, dari informasi yang dikumpulkan, Yusri menilai sejatinya Pertalite merupakan produk impor karena kilang-kilang minyak milik Pertamina tak mampu memproduksi Pertalite.
Adapun kilang Balongan yang dinilai mampu menghasilkan produk Pertalite lantaran telah memenuhi spesifikasi, nyatanya belum menjadwalkan untuk memproduksi BBM tersebut sampai saat ini.
"Kalaupun blending, apakah itu hasil pencampuran HOMC 92 dengan light Naptha dengan komposi HOMC 90 persen dengan light Naphta 10 persen, atau blending antara Premium 88 dan Pertamax dengan komposisi masing-masing sebesar 50 persen di kilang luar negeri dari importirnya? Karena yang saya tahu hanya kilang Balongan yang mampu memproduksi Pertalite RON (on spec) seperti yang dipersyaratkan aman secara lingkungan dengan kandungan aromatic
Mengurangi Impor BBMDwi berharap penggunaan Pertalite oleh masyarakat nantinya secara bertahap dapat menurunkan volume impor BBM jenis lain. Disebutkannya, produksi kilang di dalam negeri baru mencapai 850 ribu barel per hari sementara kebutuhan nasional mencapai 1,6 juta barel per hari.
“(Besaran pengurang impornya) nanti tergantung dari berapa volume (Pertalite) yang bisa dijual dengan begitu kita akan mengurangi impor (BBM) yang selama ini yang kita lakukan. Berapa volume pertalite itulah pengurangan impor yang akan terjadi,” ujarnya.
(gir/gir)