Jakarta, CNN Indonesia --
Manajemen PT Pertamina (Persero) melansir telah terjadi peningkatan yang signifikan terkait penjualan bahan bakar minyak (BBM) barunya yakni Pertalite yang dirilis, Jumat (24/7). Dua hari pasca peluncuran Pertalite, penjualan bensin berkadar oktan 90 itu diklaim telah diterima masyarakat di sejumlah daerah.
Diantaranya masyarakat di wilayah Surabaya dan sekitar yang pada 25 Juli 2015 kemarin penjualan Pertalite di 33 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) telah menembus 91,4 kiloliter (kl), atau meningkat 86,6 persen ketimbang penjualan di hari pertama.
Sedangkan di kawasan Mojokerto, Jawa Timur penjualan Pertalite di 11 SPBU tercatat mencapai 26.523 liter, atau meningkat 269 persen dibandingkan penjualan di hari pertama sebanyak 9.859 liter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Di satu SPBU di daerah tersebut angka penjualannya kemarin mencapai 4.781 liter. Ini tentu sangat luar biasa dan kami syukuri karena menunjukkan konsumen kita memberikan apresiasi yang baik terhadap produk baru Pertamina. Adapun, penjualan Pertamax juga relatif stabil,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, Minggu (26/7).Selain dua kawasan tadi, Wianda bilang tren peningkatan konsumsi Pertalite juga terjadi di Jawa bagian Barat. Hingga kemarin (25/6), jajarannya mencatat angka penjualan di 66 SPBU mencapai 186.610 liter. Pun angka ini diketahui mengalami peningkatan 88,9 persen dibandingkan dengan penjualan Pertalite pada hari sebelumnya.
"Dengan kondisi ini, kami optimistis dengan semakin banyak konsumen merasakan Pertalite, Uji Pasar yang kami lakukan akan sukses,” cetus Wianda.
Didesak Transparan
Meski dinilai bakal menjadi produk pengganti dari Premium untuk beberapa waktu mendatang, sejumlah kalangan meminta jajaran Pertamina mengungkap mekanisme pengadaan Pertalite. Ini mengingat keberadaan Pertalite diyakini ialah produk impor lantaran fasilitas kilang Pertamina tak memenuhi spesifikasi kecuali Balongan.
Tak ayal, lantaran Pertalite belum diproduksi di dalam negeri neraca dagang Indonesia akan terus tertekan menyusul kian meningkatnya jumlah minyak impor.
"Sebagai badan usaha milik negara ( BUMN) seharusnya Pertamina mempunyai tugas melayani kebutuhan BBM rakyat tersedia murah dan aman. Jadi adalah keliru besar kalau Pertamina bersikap seperti badan intelijen tatkala menjual variasi produk baru BBM yaitu Pertalite dan menjadikan mekanisme pengadaannya penuh teka-teki," ujar pemerhati kebijakan energi, Yusri Usman kepada CNN Indonesia beberapa waktu lalu.Selain membeberkan mekanisme pengadaan, kata Yusri hal yang juga harus dilakukan Pertamina ialah menjaga mutu serta kualitas Pertalite. Ini lantaran dari yang sudah-sudah, manajemen hanya akan menggunakan fasilitas penyimpanan dan penjualan produk lama (premium) untuk menjual produk Pertalite ke masyarakat.
Padahal harga jual Pertalite dilego di level Rp 8.400 per liter, atau lebih mahal dari harga jual Premium.
"Apabila produk Pertalite dari sisi kualitas dan harga bisa diterima pasar serta menguntungkan Pertamina dalam bersaing dengan produk-produk kompetitornya seperti Shell dan Total, maka ke depannya Pertamina harus segera menyiapkan infrastruktur di depo untuk tangki penampung khusus Pertalite yang dedicated. Bukan kanibal tangki Premium Ron 88 atau premium," tuturnya.
(dim/ags)