Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) berhasil merealisasikan pembiayaan sebesar Rp 126,12 triliun sepanjang semester I 2015 atau tumbuh sebesar 18,33 persen dari angka Rp 106,58 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan bahwa tingginya penyaluran kredit berasal dari banyaknya pelanggan yang menggunakan kredit rumah bersubsidi. Maryono mengatakan realisasi tersebut melebihi capaian rata-rata pertumbuhan pembiayaan perbankan nasional sebesar 10,4 persen per Mei 2015.
"Kendati sepanjang semester I 2015 pasar properti non-subsidi mengalami penurunan penjualan sebesar 40 persen dibanding tahun lalu, namun ada peningkatan realisasi kredit rumah subsidi. Jadi hal itu berdampak juga ke kinerja kami," jelas Maryono di Jakarta, Senin petang (27/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, pertumbuhan kredit bagi perumahan subsidi meningkat sebanyak 21,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, yaitu dari angka Rp 31,17 triliun pada semester I 2014 menjadi Rp 38 triliun pada periode yang sama tahun ini. Tercatat, pembiayaan bagi perumahan subsidi mengambil porsi sebesar 30,14 persen dari total pembiayaan.
Selain itu, pertumbuhan kredit konstruksi juga meningkat sebanyak 26 persen pada semester I tahun ini, dimana perusahaan menyalurkan pembiayaan sebanyak Rp 16,42 triliun dari angka Rp 13,03 triliun di semester I tahun kemarin.
Kondisi ini, diakui Maryono, menjadikan BTN sebagai pemain utama dalam pasar perkreditan perumahan subsidi dengan mengambil 98 persen pangsa pasar di sektor tersebut. Sedangkan untuk pasar kredit perumahan secara total, BTN masih menduduki peringkat pertama dengan pangsa pasar sebesar 28,4 persen di atas PT Bank Central Asia Tbk (17 persen), PT Bank Negara Indonesia Tbk (10,3 persen), dan PT Bank Mandiri Tbk (9,2 persen).
"Dengan ini, maka bisa kami bilang target setahun bisa kami lakukan dalam waktu satu semester. Namun, pertumbuhan pembiayaan ini tak sebanding pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh 13,20 persen pada semester lalu," tegas Direktur Keuangan BTN Adi Setianto di lokasi yang sama.
Belum Capai TargetDPK perusahaan sendiri dikatakannya memiliki posisi Rp 114,71 triliun di semester I tahun ini, atau naik 13,20 persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 101,34 triliun. Angka ini dianggap masih belum memenuhi target perusahaan, yang mana DPK mampu tumbuh sebesar 18 persen.
"Kami harap DPK bisa tumbuh lebih dari 13 persen di semester II agar bisa mengimbangi target pertumbuhan pembiayaan yang kami target sebesar 17 persen. Kami harap, pertumbuhan sebesar 17 persen di semester II itu juga bisa disokong oleh kebijakan
recovery asset yang sedang kami lakukan agar kredit macet bisa tetap ditekan," tambah Adi.
Sebagai informasi, BTN kini sedang melakukan
recovery asset guna menjaga kualitas kredit agar
nonperforming loan (NPL) perusahaan mencapai target 3 persen hingga akhir tahun. Per Juni 2015, perusahaan telah melakukan
recovery asset sebesar Rp 761,12 miliar, atau 59,93 persen dari target
recovery asset hingga akhir tahun sebesar Rp 1,27 triliun.
Sedangkan NPL perusahaan sendiri hingga semester I 2015 mencapai 3,37 persen, dimana angka ini menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,83 persen.
Lebih lanjut, pada tahun ini BTN menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 16 persen hingga akhir tahun. Dengan demikian, maka setidaknya perusahaan harus membukukan pertumbuhan penbiayaan sebesar 13,67 persen di semester II 2015 untuk mencapai target tersebut.
(gen)