Bisnis Konstruksi Lesu, Laba Jasa Marga Turun Rp 141,5 Miliar

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Kamis, 30 Jul 2015 14:18 WIB
Sepanjang semester I tahun ini, Jasa Marga membukukan laba bersih Rp 670,03 miliar dibandingkan Rp 811,59 miliar pada semester I 2014.
Sejumlah kendaraan melintas di gerbang tol Cipali, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (9/7). (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)
Jakarta, CNN Indonesia -- Operator jalan tol PT Jasa Marga (Persero) Tbk, mencetak laba bersih Rp 670,03 miliar pada semester I 2015, turun 17,44 persen dari perolehan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 811,59 miliar. Pelemahan kinerja tersebut disebabkan melonjaknya beban akibat aktivitas investasi dan pelemahan bisnis konstruksi.

Sekretaris Perusahaan Jasa Marga Mohammad Sofyan menyatakan pada semester I 2015, perseroan membukukan pendapatan usaha di luar pendapatan konstruksi sebesar Rp 3,63 triliun. Pendapatan usaha ini merupakan kontribusi dari pendapatan tol sebesar Rp 3,41 triliun dan pendapatan usaha lain Rp 229,13 miliar.

“Khusus pendapatan tol tumbuh 7,4 persen dari periode yang sama tahun lalu. Merefleksikan pertumbuhan volume lalu lintas transaksi pada semester I 2015. Sementara semester I 2014 volume lalu lintas transaksi adalah sebesar 639,30 juta transaksi meningkat menjadi 666,67 juta transaksi pada semester I 2015 atau tumbuh 4,3 persen,” ujar Sofyan dalam keterangan resmi, Kamis (30/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyatakan, peningkatan volume lalu lintas transaksi ini memberikan keyakinan bagi Jasa Marga untuk dapat mencapai target pertumbuhan volume lalu lintas transaksi sampai akhir 2015 sebesar 4,5 persen di tengah perlambatan ekonomi serta penurunan penjualan kendaraan.

Meskipun jumlah kendaraan yang melintasi pintu tol Jasa Marga bertambah, namun pendapatan konstruksi Jasa Marga justru turun drastis akibat ekspansi bidang konstruksi yang rendah.

“Mengingat sebagian besar aktivitas konstruksi ruas-ruas baru yang akan dioperasikan tahun ini telah terlaksana pada tahun lalu, maka pendapatan konstruksi pada semester I 2015 sejumlah Rp 455,22 miliar terlihat lebih rendah dari semester I 2014 sejumlah Rp 1,05 triliun,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan dengan adanya aktivitas investasi dan penambahan panjang jalan tol operasi sebesar 22 kilometer (km) pada 2014, maka beban usaha (di luar beban konstruksi) meningkat sebesar 14,0 persen. Aktivitas investasi ini, lanjutnya, tercermin pada peningkatan beban depresiasi dan amortisasi sebesar 18,3 persen yaitu dari Rp 395,01 miliar menjadi Rp 467,25 miliar.

“Dengan beroperasinya 22 km jalan tol baru pada tahun 2014, berdampak pada meningkatnya beban keuangan sebesar 19,5 persen yaitu dari Rp 557,00 miliar menjadi Rp 665,43 miliar,” tambahnya.

Di sisi lain, ia menyatakan bahwa pada semester I 2015, aset Jasa Marga meningkat menjadi Rp 32,67 triliun yang ditopang oleh realisasi belanja modal pada semester I 2015 sebesar Rp 1,24 triliun.

Penambahan Konsesi

Dari sisi konsesi, Sofyan menyatakan dengan diakusisinya Ruas Tol Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, dan Cinere-Serpong sepanjang 187 km, maka sampai dengan semester I tahun 2015 Perseroan telah memiliki konsesi sepanjang lebih kurang 1.000 km. Sepanjang tahun ini sendiri, perseroan telah mengoperasikan Ruas Jalan Tol Gempol-Pandaan sepanjang 13,6 km pada Juni 2015.

“Selanjutnya perseroan menargetkan pengoperasian dua ruas tol baru di Jawa Timur (Ruas Gempol-Pasuruan Seksi Gempol-Rembang dan Ruas Surabaya-Mojokerto Seksi Krian-Mojokerto) sehingga total keseluruhan penambahan panjang jalan tol operasi pada akhir tahun 2015 adalah sekitar 46 km,” jelasnya.

Analis CIMB Securities Patricia Sumampouw mengatakan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar seluruh operator jalan tol memberikan diskon sampai 35 persen mulai 7-22 Juli 2015 telah diikuti oleh Jasa Marga.

Pemerintah menurut Patricia menyatakan hal ini dapat meringankan kemacetan 40 persen di non jalan tol sehingga operator tol tidak akan terpengaruh negatif secara financial karena akan ada peningkatan penggunaan jalan tol meskipun tarifnya turun.

“Di kalkulasi CIMB, earnings bisa kena dampak 3,2 persen, kurang lebih dengan asumsi tidak ada penambahan traffic selama periode diskon,” ujarnya dalam riset, belum lama ini.

Patricia melihat risiko intervensi Pemerintah di fee tol cukup rendah seiring tarif tol Indonesia rendah, dan adanya major proyek tol yang Pemerintah berjanji dengan menggandeng sektor privat.

“Intervensi di penyesuaian tarif akan menurunkan target ambisius ini,” jelasnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER