Dampak El Nino Sudah Diperhitungkan Pemerintah

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 07 Agu 2015 08:04 WIB
Oleh karenanya, Kadin berharap masyarakat dan pengusaha tak perlu panik hadapi fenomena rutin tersebut.
Warga melintas didepan sumur yang mengering di Jakarta, Senin (3/8). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yakin pemerintah telah mengantisipasi kekeringan akibat El Nino terhadap ketersediaan pangan nasional. Pasalnya, fenomena El Nino dinilai akan mengancam ketahanan pangan mengingat kejadian alam ini akan menggeser waktu tanam.

“Saya yakin bahwa pemerintah hari ini sangat berhitung dan sangat serius terhadap (antisipasi) hal itu (El Nino), “ tutur Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Pangan Franciscus Welirang ketika ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (6/8).

Pria yang akrab disapa Franky ini memahami kekhawatiran atas ketersedian pangan nasional menyusul laporan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memperkirakan musim hujan tahun ini akan bergeser dari Oktober menjadi Desember.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pergeseran musim hujan itu, katanya, mau tak mau akan menggeser waktu tanam pada sejumlah komoditas seperti beras yang bulan ini tengah panen raya.

Untuk daerah sentra irigasi mungkin akan bisa memulai waktu tanam padi sekitar bulan Oktober setelah sebelumnya dilakukan perawatan pada waduk irigasi di daerah terkait, namun untuk daerah non irigasi diperkirakan waktu tanamnya akan bergeser menjadi Januari tahun depan.

“Kalau (pergeseran musim hujan) itu benar Desember, berarti waktu tanam (padi) akan bergeser menjadi  Januari. Kalau Januari (waktu tanamnya), panennya baru April. Artinya dari Desember ke Januari, Februari, Maret tahun depan itu tentunya satu kondisi yang sangat kita perhatikan dalam ketahanan pangan,” kata anggota Direksi PT Indofood Sukses Makmur ini.

Kendati demikian, lanjut Franky, sumber karbohidrat tidak hanya beras. Saat ini, Indonesia juga tengah panen jagung dan singkong.

Ia pun mengingatkan peran penting BMKG dalam memberikan informasi terkait kondisi iklim di tiap propinsi di Indonesia. Pasalnya, masalah ketahanan pangan tidak hanya di Pulau Jawa tapi membentang dari Sabang hingga Merauke.

Sementara itu, masing-masing daerah mungkin memiliki waktu tanam yang berbeda-beda.

“Kita ingin BMKG itu informasinya lebih kita harapkan per propinsi artinya 35 propinsi, 5 pulau besar. Kondisi iklim di setiap daerah itu bagaimana? Saya yakin BMKG bisa memonitor itu dan para penyuluh pertanian itu harus cepat mendapatkan dan mengikuti data-data BMKG,” cetus Franky.  (dim/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER