Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Rizal Ramli mengkritik kebijakan liberalisasi perdagangan yang selama ini didorong oleh pemerintahan-pemerintahan era sebelumnya. Menurutnya, Indonesia lebih membutuhkan perdagangan yang adil (
fair trade) bukan perdagangan bebas (
free trade).
"Kita jaman dulu, mohon maaf, pejabatnya (asal) pasar bebas tanda tangan yang penting pasar bebas," tutur Rizal dalam Pembukaan Perkuliahan Tahun Ajaran Baru 2015/2016 Universitas Mercu Buana, Jakarta, Senin (31/8).
Rizal pun membandingkan kebijakan pasar yang dilakukan Indonesia dengan negara yang paling liberal di dunia, yakni Amerika Serikat (AS). Pemerintah AS, ujar Rizal, meskipun pro pasar masih harus memilah-milah sektor industri sebelum berkomitmen untuk terjun ke pasar bebas dalam kerangka
The North American Free Trade Agreement (NAFTA).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka (AS) punya tim yang memilah sektor-sektor yang mereka jagokan. Untuk sektor-sektor itu mereka minta sebebas-bebasnya di Meksiko dan Kanada. Kemudian untuk sektor yang mereka tidak buat, tidak hebat mereka minta waktu transisi supaya diubah dulu, di-
restructure, jadi hebat baru dibebaskan," ujarnya.
Rizal mencatat Indonesia memiliki keunggulan di berbagai industri, di antaranya tekstil, telekomunikasi, bank pedesaan dan industri kreatif. Untuk industri tekstil, Rizal mencatat saingan Indonesia hanya Thailand di kawasan Asean.
"Kita hebat sekali di dalam bidang tekstil karena kita mulai dari hulunya, bahan dari polyester kita bikin dari hulunya, mungkin benang mungkin
spinning-nya, kemudian bikin material garmen design kita hebat," ujarnya.
Di bidang telekomunikasi, Rizal menganggap Indonesia bisa melebarkan sayap ke Myanmar dan Laos.
"Pasti kita jadi rajanya, saingan kita cuma Singapura," katanya.
Sementara di bidang bank pedesaan, Rizal memuji kinerja Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang sukses memasarkan kredit umum pedesaaan (kupedes).
"Bank Rakyat Indonesia tadinya tidak ada apa-apanya asetnya hanya sepertiga dari Bank Mandiri dalam 10 tahun itu jadi bank paling besar di Indonesia Raya," kata Rizal.
Tak ayal, Rizal menanggapi dingin rencana bank pelat merah untuk bersaing dengan bank-bank di Singapura dan Malaysia. Pasalnya, bunga bank dalam negeri masih 7 persen sementara di Singapura hanya 1,5 persen.
"Jadi kalau bank-bank kita dipaksa berkompetisi di Singapura, Malaysia, sekarang ini kita pasti kalah. Kalau kami menyarankan agar bank-bank masuk ke Laos atau strategi ke negera-negara kecil dulu karena BRI pasti jadi rajanya," tuturnya.
(ags/gen)