Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli untuk mempelajari konteks dulu sebelum mengkritisi sesuatu. Ini terkait kritik Rizal terhadap rencana pembelian pesawat Garuda Indonesia dan proyek listrik 35.000 Megawatt.
Menjawab hal itu, Rizal ‘menantang’ Kalla berdiskusi di depan umum. “Kalau mau paham, minta Pak Jusuf Kalla ketemu saya, kita diskusi di depan umum," ujar Rizal di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (18/8).
Sebelumnya Kalla meminta menteri yang baru enam hari dilantik oleh Presiden Jokowi itu untuk lebih berhati-hati dalam berkomentar. Menurut dia, pemerintah selalu mengevaluasi program-programnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya setiap kali dievaluasi, tapi begini tentu sebagai menteri harus pelajari dulu sebelum berkomentar. Memang tidak masuk akal, tapi menteri harus banyak akalnya. Kalau kurang akal pasti tidak paham itu memang. Itu kalau mau 50 ribu pun bisa dibuat," kata Kalla di Gedung MPR/DPR, Jakarta Selatan.
Kalla kemudian panjang lebar menjelaskan kebutuhan listrik untuk kemajuan industri. Ia pun berpandangan bahwa menyebut proyek tersebut sebagai proyek ambisius sebenarnya justru akan mengurangi kewibawaan Presiden, karena proyek ini merupakan kebijakan pemerintah dan diresmikan oleh sang Kepala Negara. “Berarti memandang kurang pantas Pak Jokowi kalau begitu kan,” ujar dia.
Kritikan terhadap Rizal juga datang dari mulut Suharso Monoarfa, anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Untuk kritikan ini, Rizal tak banyak bicara. “Gitu aja ribet. Apapun yang perlu diperbaiki, kita perbaiki. Enggak ada masalah, gitu aja ribet. Yang penting usahanya," ujar Rizal.
Rizal sebelumnya menilai program pembangkit listrik itu terlalu ambisius. Apalagi masih ada pekerjaan rumah pembangunan proyek pembangkit listrik ribuan megawatt dari era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan akan tetap akan melaksanakan proyek tersebut sesuai dengan rencana awal pemerintah.
Sedangkan Suharso menilai, kritikan itu tidak tepat karena Rizal kini adalah bagian dari pemerintah. “Pertama saya kira begini, kalau di antara kabinet saling mengkritik, itu katakanlah di dalam, jangan ngomong di luar. Itu tidak baik untuk Presiden. Mereka kan dua-duanya adalah anak buah Presiden. Jadi jangan saling mengatakan si A ini, si B ini, janganlah," ujar Suharso di Istana Merdeka, kemarin.
Suharso, politisi yang juga mantan Menteri Perumahan Rakyat itu mengatakan, Rizal Ramli harus sadar bahwa saat ini tingkat elektrifikasi di Tanah Air sangat rendah. Karenanya untuk menggenjot ketersediaan listrik, wajar jika pemerintah menggenjot pembangunan pembangkit dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong keterlibatan swasta yang lebih besar.
(ded/ded)