Jakarta, CNN Indonesia -- PT Adaro Energy Tbk menurunkan target produksi batubara tahun ini menjadi 54 juta-56 juta ton dari sebelumnya sebanyak 56 juta-58 juta ton. Pengurangan target produksi tersebut menyesuaikan dengan melemahnya kinerja perseroan akibat permintaan dan harga batubara yang turun sepanjang semester I 2015.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) Adaro Garibaldi Thohir mencatat sepanjang paruh pertama 2015, penjualan batubara Adaro turun 6 persen menjadi 26,6 juta ton. Dari sisi produksi Adaro hanya menghasilkan 25,9 juta ton batubara, turun 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tidak selesai sampai disitu, harga rata-rata penjualan Adaro turun 13 persen secara tahunan (year on year/yoy) akibat tekanan yang terjadi pada harga pasar batubara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kondisi ini mencerminkan pendapatan usaha Adaro yang turun sebesar 17 persen menjadi US$ 1.399 juta akibat melambatnya permintaan batubara dan rendahnya harga akibat kelebihan pasokan,” kata Garibaldi dikutip dari keterangan resmi, Selasa (1/9).
Meskipun mengaku telah berupaya menurunkan beban pokok pendapatan dengan nisbah kupas yang lebih rendah, melakukan efisiensi biaya angkut, serta membeli bahan bakar dengan harga yang lebih rendah dibandingkan perkiraan melalui lindung nilai, namun hal tersebut belum mampu mendongkrak laba bersih Adaro.
Sepanjang semester I 2015, beban pokok pendapatan Adaro berhasil ditekan sebesar 13 persen sebagai bagian dari efisiensi operasi menjadi US$ 1.100 juta. Namun laba bersih setelah pajak Adaro tetap turun 31 persen menjadi US$ 119 juta, dan laba inti turun 29 persen menjadi US$ 148 juta.
Perbaikan dan AntisipasiSelain memangkas turun target produksi batubara tahun ini, pria yang kerap disapa Boy itu mengaku telah menginstruksikan penghematan dan disiplin biaya dalam seluruh lini bisnis perusahaan yang dipimpinnya. Ia yakin batubara akan tetap menjadi bahan bakar yang paling efisien dan berbiaya murah bagi pembangkit listrik, yang merupakan faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Jadi walau prospek jangka pendek masih tetap menantang karena pertumbuhan permintaan yang melambat dan ketidakpastian makroekonomi, kami tetap yakin permintaan batubara khususnya dari Indonesia, Asia Selatan dan Asia Tenggara akan memainkan peranan penting di masa yang akan datang,” kata Boy.
Selain itu, Adaro juga akan terus mengembangkan usaha non pertambangan batubara sekaligus meningkatkan kontribusinya, sehingga Adaro dapat bertahan dengan lebih baik dari siklus pasar batubara.
“Salah satunya dengan terus menjalankan rencana usaha masuk ke sektor ketenagalistrikan sekaligus berkontribusi dalam menciptakan nilai maksimum dari batubara Indonesia,” ujarnya.
(gen)