Jakarta, CNN Indonesia -- PT Perusahaan Gas Negara Tbk kembali meneken nota kesepakatan dengan beberapa instansi di dalam pemanfaatan gas alam cair atau yang dikenal dengan liquefied natural gas (LNG).
Kali ini, perusahaan dan instansi yang digandeng oleh emiten berkode PGAS tersebut ialah PT Perusahaan Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), PT ASDP Indonesia Ferry (ASDP) hingga Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
“Jadi basicly kami akan duduk (bekerjasama) dengan ASDP dan Pelni. Sementera itu PGN juga sudah melakukan program inisiasi dengan Kementerian Perhubungan terkait rencana program konversi pemakaian BBM ke gas di armada kapal perintis Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) dan Pelni,” ujar Hendi Prio Santoso, Direktur Utama PGN di Jakarta, Kamis (3/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari kesepakatan yang dibuat, Hendi bilang, keempat pihak tadi akan membahas sejumlah mesin yang dibutuhkan berikut purwarupa
converter kit yang dipakai untuk mengalihfungsikan LNG sebagai sumber energi di kapal.
Di samping pembahasan itu juga akan memastikan besaran jumlah LNG yang akan dipasok PGN kepada tiga instansi atau perusahaan tadi.
"Sekarang kita masih duduk bareng untuk menentukan tipe mesin apa,
converter apa. Tapi kita mulai rute yang
shuttle karena ini bukan
international going,” tutur Hendi.
Elfien Goentoro, Direktur Utama Pelni meyakini rencana kerjasama di dalam pemanfaatan LNG dengan PGN mampu menekan angka konsumsi bahan bakar minyak yang digunakan kapal-kapal milik perusahaan hingga 40 persen.
Sementara itu Danang S. Baskoro, Direktur Utama ASDP mengaku rencana untuk melakukan konversi terhadap penggunan BBM ke gas telah dicanangkan perseroan sejak jauh-jauh hari.
“Jadi kerjasama ini merupakan langkah awal perusahaan untuk mewujudkannya. Sebagai BUMN kami selalu mendukung program pemerintah dalam konversi BBM ke BBG yang mana hal tersebut juga penting bagi kami sendiri dalam rangka meningkatkan aspek efisiensi dalam operasional kami,” kata Danang.
Berdasarkan data yang ada, saat ini kebutuhan BBM Pelni untuk mengoperasikan kapalnya mencapai 33,4 juta liter per bulan. Adapun ASDP sebesar 3,5 juta liter perbulan dan kapal perintis milik Direktorat Jenderal Perhubungan Laut sebesar 14,4 juta liter per bulan.
Rebutan KueSeakan tak mau kalah dengan PGN, manajemen PT Pertamina (Persero) juga menyatakan tengah membuat nota kesepakatan dengan PT Kereta Api Indonesia di dalam rencana penggunaan LNG untuk bahan bakar kereta api. Wianda Pusponegoro, Vice Presiden Corporate Communication Pertamina mengatakan, hal Ini dimaksudkan guna menekan penggunaan minyak solar sebagai bahan bakar kereta.
“Sekarang masih studi untuk mengganti HSD (
High Speed Diesel) dengan LNG. Sebagai pelaku bisnis LNG internasional yang terpercaya sejak 1977, Pertamina akan terus mensuplai masyarakat dengan berbagai sumber energi salah satunya LNG,” kata Wianda.
Seperti yang diketahui, saat ini Pertamina memiliki dua fasilitas pengolahan LNG meliputi LNG Plant Donggi Senoro dan Badak LNG. Selain itu, perusahaan migas pelat merah tersebut juga telah mengoperasikan dua terminal regasifikasi yakni Arun dan
floating storage regasification unit (FSRU) di Jawa Barat.
“Kami akan terus membangun infrastruktur LNG dan gas lainnya,” tandas Wianda.
(gen)