Rupiah Undervalue, BI Anggap Kompetitif untuk Ekspor

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Minggu, 06 Sep 2015 11:53 WIB
Bank Indonesia menyatakan kurs efektif riil (real effective exchange rate/REER) rupiah masih berada di bawah angka wajarnya (par).
Logo Bank Indonesia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Bandung, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menyatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini masih kompetitif untuk mendorong kinerja ekspor. Pasalnya, kurs efektif riil (real effective exchange rate/REER) rupiah masih berada di bawah angka wajarnya (par).

Rahmatullah Sjamsudin, Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Moneter BI Kepala Divisi Operasi Moneter Valas, mengungkapkan REER adalah indeks nilai tukar berbagai negara dengan mempertimbangkan faktor lain seperti tahun dasar, inflasi dan pertumbuhan ekonomi di negara yang masuk dalam keranjang (basket) mata uang negara yang diperhitungkan.

“Orang biasanya melihat kalau (nilainya) seratus itu par. Kalau di bawah seratus itu undervalued. Jadi sudah memberikan efek positif terhadap ekspor. Karena secara kompetitif kan itu bagus. Sementara kalau di atas 100 itu overvalued jadi kalau overvalued orang melihat kemahalan,” kata Rahmatullah saat menghadiri acara Pelatihan Jurnalis BI di Bandung, Sabtu (6/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengacu data Bank for International Settlement (BIS) Juli 2015, Rahmatullah membandingkan REER di sejumlah negara. Tercatat, REER Indonesia Juli 2015 sebesar 90,16 atau masih di bawah par, Jepang 69,07, Uni Eropa 88,63, dan Korea 110, 63. Sementara itu, REER yuan China di bulan yang sama mencapai 132,13.

“Kalau kita lihat di sini, Tiongkok sudah overvalued makanya dia (China) lakukan devaluasi, depresiasi sebesar dua persen karena sudah tidak kompetitif lagi untuk mendukung ekspor,” ujar Rahmatullah.

Selain itu, Rahmat juga menjelaskan REER berbeda dengan nilai fundamental rupiah yang dihitung oleh Bank Indonesia.

“(REER) ini cuma gambaran dari BIS,berdasarkan tahun dasarnya kapan dan negara yang dikelompokkan seperti apa karena effective relative exchange rate. Kalau kelompok negara yang digunakan dalam keranjang mata uangnya beda, ya beda lagi ukurannya,” kata Rahmatullah.

Merujuk pada situs resmi BIS, untuk Juli 2015 BIS memasukkan sebanyak 61 negara dalam kelompok negara yang diperhitungkan dengan tahun 2010 sebagai tahun dasar.

Potensi Penguatan

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Grup Pengelolaan Relasi BI Arbonas Hutabarat menambahkan nilai tukar rupiah yang masih di bawah batas wajar sebenarnya menunjukkan adanya potensi adanya penguatan ke depan.

“Kami mau memberikan sentimen positif, bahwa enggak usah diramai-ramaikan berita tentang kurs rupiah itu. Kondisi nilai tukar rupiah Rp 14 ribu itu sebenarnya bisa lebih baik ke Rp 13.800 sampai Rp 13.700,” ujar Arbonas.

Sebagai informasi, berdasarkan data BIS, sejak awal tahun ini REER rupiah terus berada pada zona undervalued dengan rata-rata indeks REER per bulan sebesar 90,14 poin. Selama dua dekade terakhir, REER rupiah pernah overvalued tertinggi dengan indeks mencapai 117,81 poin pada Februari 1997 dan undervalued terendah sebesar 37,11 poin pada Juni 1998.

Adapun kinerja perdagangan Indonesia masih berada di zona hijau sepanjang tahun ini meskipun kinerja baik ekspor maupun impor menurun yang disebabkan oleh perlambatan perekonomian global.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus perdagangan Januari-Agustus 2015 sebesar US$ 5,73 miliar. Namun demikian, secara kumulatif, ekspor Januari-Juli 2015 anjlok 12,81 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 89,76 miliar sedangan impor Januari-Juli 2015 mencapai US$ 84,03 miliar atau turun 19,23 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER