Pasar Kerap Goncang, Menkeu Akui Minimnya Kedalaman Finansial

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Senin, 07 Sep 2015 11:45 WIB
Pendalaman finansial diperlukan karena adanya kekhawatiran volatilitas pasar keuangan seperti yang terjadi saat ini.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro berencana menerbitkan sejumlah kebijakan untuk lebih memperdalam pasar keuangan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah dan pelaku pasar menilai volatilitas pasar keuangan Indonesia terjadi karena kurangnya pendalaman finansial (financial deepening) serta minimnya tingkat partisipasi investor dalam negeri.

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan pendalaman finansial diperlukan karena adanya kekhawatiran volatilitas pasar keuangan seperti yang terjadi saat ini. Ia menilai, pasar keuangan Indonesia masih rawan.

“Pendalaman finansial bisa menjadi satu langkah untuk meredam isu keuangan Indonesia terkait kekhawatiran volatilitas. Dana deposito kita masih rendah, sekitar 40,7 persen dari total penduduk. Ketimbang Filipina 55 persen, Singapura 137 persen, Malaysia 94 persen,” ujarnya di Jakarta, Senin (7/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia, lanjutnya, juga perlu meningkatkan jumlah nilai transaksi di pasar modal. Bambang menyatakan dibandingkan Produk Domestik Bruto (PDB), besaran nilai pasar saham hanya 45,2 persen. Padahal, negara lain seperti Thailand mampu mencapai 104 persen dan Malaysia 156 persen.

“Pemerintah akan menyediakan instrumen dari penyediaan likuiditas bisa lewat sukuk dan obligasi ritel berbasis proyek 2010. Obligasi daerah juga bisa menambah likuiditas pasar dan memacu pembangunan daerah,” jelasnya.

Ia menambahkan, perlu juga dibentuk kerangka regulasi untuk memberikan jaminan dalam pasar keuangan dengan menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal tersebut perlu untuk mengurangi kesenjangan antara rezim.

“Pemerintah juga sudah menyiapkan RUU (Rancangan Undang-undang) JPSK (Jaring Pengaman Sistem Keungan) sebagai acuan kalau terjadi shock,” jelas Bambang.

Keuangan Penopang Infrastruktur

Sementara Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin mengatakan saat ini Indonesia perlu dana pembangunan infrastruktur yang cukup besar. Ia menambahkan, pembangunan tersebut dari mulai infrastruktur jaringan listrik hingga logistik.

“Di antara ambisi menyiapkan infrastruktur fisik, kita juga harus menyiapkan infrastruktur keuangan sebagai penopang, karena hal itu masih jauh dari memadai,” katanya.

Di dalam perdagangan pasar modal, Budi menyatakan, nilai transaksi di Indonesia hanya sekitar US$ 2 miliar per hari. Jumlah itu, lanjutnya, masih kalah dari Malaysia yang mencapai US$ 10 miliar, apalagi Singapura.

“Bayangkan saja jika pemilik ekuitas asing ingin mengubah portofolio, maka hal itu bisa menambah volatilitas pasar efek. Karena itu pasar kita kurang dalam. Pasar kita sangat besar tetapi juga lemah,” jelasnya

“Kita harus meluangkan waktu tidak hanya untuk pembangunan infrastruktur fisik, tapi juga infrastruktur keuangan. Hal ini diharapkan bisa mengurangi volatilitas pasar keuangan,” imbuhnya.

Seperti diketahui, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mengalami fluktuasi yang cukup tinggi setelah anjloknya volume dan nilai transaksi hingga 30 persen pada sepekan terakhir.

Setelah sempat mengalami kenaikan sebesar 1,43 persen ke level 4.509,607 di awal pekan kemarin, IHSG pada akhir pekan kemarin ditutup di level 4.415,343 atau turun 0,69 persen dibandingkan penutupan pada pekan sebelumnya.

Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian melemah sebesar 30,5 persen dari Rp 6,52 triliun menjadi Rp 4,53 triliun. Lebih lanjut, rata-rata volume dan frekuensi transaksi masing-masing turun sebesar 30,7 persen dan 34,2 persen.

Selama periode 31 Agustus 2015 hingga 4 September 2015, investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) senilai Rp 831 miliar. Sepanjang tahun ini (year to date), investor asing mencatatkan net sell senilai Rp 7,9 triliun. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER