Bandung, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menegaskan belum waktunya tingkat suku bunga acuan (BI
rate) diturunkan. Pasalnya, di tengah ketidakpastian perekonomian global, kebijakan moneter itu dinilai bank sentral bukannya menstimulus perekonomian tetapi justru bisa memicu pelarian modal.
"Secara teori, penurunan suku bunga tentu akan memberikan stimulus pada perekonomian tapi apakah
timing-nya tepat?" tutur Rahmatullah Sjamsudin, Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Moneter BI Kepala Divisi Operasi Moneter Valas, Selasa (8/9).
Menurutnya, ketidakpastian perekonomian global merupakan konsekuensi dari rencana Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya pada akhir tahun ini. Perekonomian global juga sempat "batuk" saat Bank Sentral Tiongkok (PBOC) mendevaluasi mata uang yuan beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Rahmatullah mengatakan ada jeda waktu (
time lag) antara implementasi kebijakan moneter hingga terasa dampaknya. Untuk kebijakan suku bunga acuan diperlukan waktu sekitar 9 hingga 18 bulan sampai dampaknya terasa ke perekonomian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Pelaksana tugas (Plt) Kepala Grup Pengelolaan Relasi BI Arbonas Hutabarat menyatakan menurunkan BI
rate bukanlah satu-satunya cara untuk mendorong perekonomian.
"Kalau Bank Indonesia merasakan kebijakan menurunkan suku bunga BI
rate merupakan obat mujarab bagi perekonomian Indonesia sudah sejak awal tahun kami lakukan. Celakanya bukan di situ,” kata Arbonas.
Tugas utama BI, lanjut Arbonas, adalah untuk mencapai stabilisasi rupiah baik terhadap harga barang dan jasa (inflasi) maupun nilai tukar negara lain. Berdasarkan perhitungan BI level BI
rate 7,5 persen dinilai pas dengan upaya BI dalam menggiring tingkat inflasi sesuai sasaran sebesar 4±1 persen di 2015 dan 2016.
“Melalui model yang kami bangun dengan inflasi 4±1 persen kami melihat bahwa suku bunga BI
rate itu adalah baik di 7,5 persen, dipertahankan,” kata Arbonas.
Selain itu, suku bunga acuan 7,5 persen dinilai Arbonas masih menjadi stimulus bagi investor untuk berinvestasi di Tanah Air.
“Suku bunga yang agak tinggi 7,5 persen masih menjadi suatu stimulus bagi investor datang kalau kita turunkan makin kabur mereka. Logika sederhananya, di saat tidak tepat kita turunkan tingkat suku bunga apa kata dunia? Itu dua kali kabur (investornya),” kata Arbonas.