Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) berharap bisa memperoleh Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 10 triliun tahun depan kendati pemerintah mengalokasikan nilai PMN bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang lebih kecil dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir beralasan perusahaannya pantas mendapatkan PMN lebih banyak karena bersedia menerima potongan subsidi listrik dari pemerintah tahun ini. Selain itu, kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi beban usaha juga menjadi alasan mengapa PLN optimis bisa mendapat PMN tahun depan.
"Kami tak akan ubah angka PMN, tetap di angka Rp 10 triliun. Kami pantas mendapatkan itu karena rela menerima potongan subsidi listrik sebesar Rp 30 triliun dan juga kami telah lakukan berbagai efisiensi," jelas Sofyan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (8/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir dari laporan keuangan PLN pada semester I 2015, perusahaan tersebut telah menggunakan subsidi listrik sebesar Rp 27,41 triliun atau lebih kecil dari angka tahun sebelumnya yang sebesar Rp 58,27 triliun. Dengan kata lain, subsidi pemerintah yang digunakan menurun sebesar 52,9 persen, atau lebih kecil Rp 30,31 triliun dibanding tahun lalu.
Mantan bos PT Bank Rakyat Indonesia Tbk mengatakan kalau hal tersebut juga diimbangi dengan efisiensi beban usaha, khususnya dalam pembelian bahan bakar minyak (BBM). Sebagai informasi, pembelian BBM PLN juga berkurang dari angka Rp 38,65 triliun pada semester I tahun lalu ke angka Rp 19,41 triliun pada periode yang sama tahun ini.
"Hal tersebut terjadi karena kami telah melakukan konversi dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Geotermal (PLTG). Selama 8 bulan pertama, kami telah berhasil mengurangi penggunaan BBM dari 12 ribu kilo liter per hari ke angka 6.200 kilo liter," jelas Sofyan.
Hasilnya, PLN bisa melakukan konversi sebesar 1.300 Megawatt (MW) PLTD dan juga berhasil melakukan efisiensi pembelian solar sebesar Rp 19 triliun sejak Januari tahun ini. Hingga akhir tahun, Sofyan berharap PLN bisa melakukan konversi lagi sebesar 200 MW sehingga total PLTD yang telah dikonversikan menjadi pembangkit listrik tenaga lain sebesar 1.500 MW.
Beberapa PLTD yang telah dikonversi sumber tenaganya dari BBM antara lain terdapat di Medan, Nagan Raya, Pangkalan Susu, Belawan, Celukan Bawang, dan Kupang. Kendati melakukan hal tersebut, Sofyan mengatakan perusahaan tidak dapat mengonversikan seluruh PLTD karena pembangkit listrik bertenaga bahan bakar solar itu masih dibutuhkan di daerah terpencil.
"Misalnya kelompok perumahan berjumlah 200 hingga 300 kepala keluarga (KK) di pulau-pulau terluar, yang bahkan kebutuhannya tak mencapai 1 megawatt itu masih butuh PLTD. Alternatifnya hanya pembangkit listrik bertenaga panas matahari, tapi kan itu cuma bisa beroperasi siang hari saja," jelasnya.
BersikerasAtas alasan tersebut, PLN yakin bisa mendapatkan PMN sesuai angka yang diajukan. Selain itu, PLN tak akan melakukan revisi angka PMN yang diajukan karena PLN memang memiliki banyak proyek untuk dikerjakan kedepannya.
"Bahkan kalau perlu, semua potongan subsidi listrik yang ditarik dari kami nanti bisa dikembalikan lagi dalam bentuk PMN," pungkas Sofyan.
Sebagai informasi, pada tahun depan pemerintah akan memangkas alokasi PMN BUMN pada RAPBN tahun depan sebesar Rp 39,42 triliun dari angka Rp 64,88 triliun pada tahun ini. Hal tersebut dilakukan pemerintah untuk memberikan anggaran lebih bagi program-program kesejahteraan masyarakat.
PLN sendiri pada tahun ini mendapatkan PMN sebesar Rp 5 triliun. Sedangkan pada tahun depan, PLN menginginkan PMN sebesar Rp 10 triliun yang rencananya digunakan untuk mendanai sebagian pembangunan jaringan transmisi baru sebesar 46,59 ribu kilometer yang dimulai pada tahun depan.
(gen)