Jakarta, CNN Indonesia -- PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menyatakan kesiapannya mendukung proyek Light Rail Transit (LRT) sesuai dengan kompetensi bisnis yang dimiliki operator pelat merah itu.
Direktur Utama Telkom Alex J. Sinaga mengatakan Telkom bisa membantu menyediakan sistem komunikasi,
signaling, atau
etikecting dari jenis transportasi massal itu.
“Kami bisa masuk ke LRT sesuai kompetensi yang ada. Kalau dari sisi
backbone Telkom sudah kuat. Ada kabel optik sepanjang 75 ribu kilometer (km), tinggal ditarik saja nanti ke LRT untuk transmisi dan lainnya. Apalagi dalam desain LRT yang dipaparkan Adhikarya sudah disiapkan semacam lobang atau celah yang dapat dijadikan jalur pemasangan kabel optik,” kata Alex di Jakarta, kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, sebanyak sembilan BUMN melakukan sinergi untuk pembangunan LRT Indonesia sepanjang 83,6 kilometer dengan total investasi sekitar Rp 23,8 triliun. Sembilan BUMN tersebut yaitu PT Adhi Karya Tbk (Persero), PT Jasa Marga Tbk (Persero), Perum PPD, PT Rajawali Nusantara Indonesi (RNI), Perum Bulog, PT Bank BNI Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank BRI Tbk, dan PT Bank BTN Tbk.
Selain BUMN, pembangunan LRT tersebut juga melibatkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi DKI Jakarta yaitu PT Jakarta Propertindo.
Direktur Utama Adhi Karya Kiswodarmawan mengaku akan berupaya memenuhi target dari Presiden Joko Widodo agar tahap I proyek LRT dapat diselesaikan pada 2018.
Untuk tahap pertama pembangunan LRT, nilai investasi ditaksir sekitar Rp1 1,9 triliun atau separuh dari total proyek LRT yang dibangun Adhi Karya, yakni Rp 23,8 triliun.
Pada tahap I pembangunan LRT tiga trase, yaitu Cibubur-Cawang sepanjang 13,7 km, Cawang-Dukuh Atas sepanjang 10,5 km dan Bekasi Timur-Cawang sepanjang 17,9 km dengan total investasi Rp 11,9 triliun.
Tahap II lintas Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan dan Palmerah-Grogol dengan panjang 41,5 km. Daya angkut harian dengan konfigurasi 6 train set adalah 24 ribu penumpang per hari dengan kecepatan operasi 60-80 km/jam.
Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Heri Gunawan pun mendukung langkah Telkom bermain di serat optik.
“Pembangunan jaringan fiber optik itu memungkinkan Telkom beralih ke bisnis
broadband atau bisnis data. Dari situ, Telkom mulai mencetak pendapatan baru. Pada tahun 2014 saja, pendapatan dari layanan data, IT dan internet mencapai Rp 24,1 triliun,” ujar Heri.
Menurutnya, dengan pengembangan bisnisnya di bidang fiber optik, Telkom diprediksi bisa mencetak pendapatan sebesar Rp 100 triliun pada 2015. "Bahkan dalam 5 tahun mendatang, Telkom ditaksir bisa mendapat kapitalisasi pasar Rp 1.000 triliun,” tambahnya.
Secara terpisah, Kepala Riset NH Korindo Reza Priyambada mengatakan Telkom memang harus fokus kepada bisnis utamanya, sementara untuk bisnis pendukung seperti pengelolaan menara seharusnya diserahkan ke pemain lain.
"Seperti menara, harusnya diteruskan rencana monetisasi menara itu. Nilai optimal bisa diterima Telkom. Sayang kalau dihentikan," tutupnya.
(gen)