Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,31 persen atau 13,84 poin ke level 4.392 pada perdagangan akhir pekan ini. Pelaku pasar terlihat merespon positif hasil Federal Open Market Committee (FOMC) yang menahan suku bunga AS tetap di level terendah 0 persen hingga 0,25 persen.
Kepala Riset PT First Asia Capital, David Sutyanto menyatakan, pada perdagangan akhir pekan ini, IHSG diperkirakan bergerak bervariasi. Ia menilai putusan bank sentral AS (The Fed) tersebut membuat pasar bergairah.
“Putusan The Fed yang menahan tingkat bunganya tetap pada level rendah memberikan sentimen positif di pasar di tengah meningkatnya resiko arus dana keluar. IHSG pada perdagangan hari ini diperkirakan akan bergerak di kisaran 4.365 hingga 4.410 cenderung menguat,” ujarnya dalam riset, Jumat (18/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk Wall Street tadi malam, posisinya bergerak bervariasi merespon pernyataan Yellen dan data ekonomi AS yang keluar. Di mana Indeks DJIA dan S&P masing-masing koreksi 0,39 persen dan 0,26 persen. Sedangkan indeks Nasdaq menguat 0,10 persen.
“Sebagaimana diperkirakan sebelumnya The Fed pada pertemuan September ini kembali menahan tingkat bunganya pada level saat ini, 0-0,25 persen, tidak ada perubahan sebagaimana banyak dispekulasikan sebelumnya,” jelasnya.
David menjelaskan, mengulangi pertemuan sebelumnya Janet Yellen kembali mempertimbangkan kondisi perekonomian global yang tengah melambat, inflasi AS yang rendah dan pasar perumahan AS yang masih lemah, untuk membiarkan tingkat bunga tetap pada level saat ini.“Keputusan The Fed tersebut mencerminkan ketidakpastian atas prospek pemulihan ekonomi negara tersebut ke depan,” katanya.
Adapun IHSG kemarin berhasil menguat moderat 45,872 poin (1,06 persen) ke level 4.378. Menurut David, penguatan ini terjadi di tengah pasar saham Asia yang bergerak bervariasi menanti hasil pertemuan The Fed akhir pekan ini yang diprediksi akan kembali menunda kenaikan tingkat bunganya hingga akhir tahun ini.
“Disamping faktor spekulasi pasar atas penundaan kenaikan tingkat bunga The Fed, penguatan kemarin turut dipicu sentimen keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan BI Rate di 7,5 persen untuk tujuh bulan berturut-turut,” tuturnya.
Sementara untuk proyeksi
pairing Rupiah, David menilai akan terdapat pelemahan terbatas menyusul adanya resiko arus dana keluar (capital outflows) dalam mengantisipasi kenaikan tingkat bunga The Fed.
“Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kemarin di Rp 14.459 (kurs Bloomberg). Sepanjang tahun ini rupiah telah melemah 16,3 persen terhadap dolar AS sehingga menjadi mata uang yang berkinerja terburuk di kawasan Asia setelah Ringgit Malaysia,” ujarnya.
Seperti diketahui, keputusan untuk tidak menaikan suku bunga itu diambil dalam rapat FOMC pada Kamis (17/9) waktu Washington melalui proses voting, dimana sembilan dari 10 anggota komite memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan.Kesembilan peserta FOMC itu adalah Janet L. Yellen; William C. Dudley; Lael Brainard; Charles L. Evans; Stanley Fischer; Dennis Lockhart P; Jerome H. Powell; Daniel K. Tarullo; dan John C. Williams. Hanya Jeffrey M. Lacker yang mengusulkan kenaikan The Fed fund rate sebesar 25 basis poin pada pertemuan ini.
"Perkembangan ekonomi dan keuangan global terkini dapat menahan kegiatan ekonomi dan cenderung memberikan tekanan ke bawah lebih lanjut tentang inflasi dalam waktu dekat," kata The Fed dalam pernyataan resmi yang dirilisnya Jumat (18/9) dini hari.