Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mengincar pembiayaan sebesar Rp 20 triliun melalui penerbitan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI012 yang mulai ditawarkan ke publik pada hari ini (21/9) sampai dengan 15 Oktober 2015.
Namun, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) optimistis realisasi akhirnya akan menembus Rp 25 triliun atau lebih tinggi dari target indikatif yang telah ditetapkan.
“Target indikatif (ORI012) kami Rp 20 triliun,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang P.S. Brodjonegoro pada acara pembukaaan masa penawaran ORI012 di Gedung Juanda Kompleks Kemenkeu, Senin (21/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ORI012 akan jatuh tempo pada tanggal 15 Oktober 2018 dengan kupon yang ditawarkan 9 persen per tahun. Pembayaran kupon akan dilakukan setiap tanggal 15 setiap bulannya dan akan dibayarkan pertama kali pada tanggal 15 November 2015.
“Nominal per unit ORI012 Rp 1 juta. Minimum pemesanannya Rp 5 juta sedangkan maksimum pemesanan Rp 3 miliar,” jelas Bambang.
Menurut Bambang, penerbitan obligasi ritel ini merupakan upaya pemerintah melakukan pendalaman pasar keuangan domestik sekaligus memperluas basis investor domestik.
Saat ini, lanjutnya, investor asing menguasai 37,76 persen kepemilikan surat utang negara (SUN) berdenominasi rupiah di pasar sekunder atau sekitar Rp 529 triliun.
Menkeu menilai risiko berinvestasi di obligasi ritel jauh lebih rendah dibandingkan berinvestasi di bursa saham. Bambang juga menganggap insetrumen investasi ini bisa menjadi jembatan bagi masyarakat yang selama ini cenderung konservatif dalam menaruh kelebihan dananya, misalnya hanya menaruh di deposito perbankan.
“Penerbitan ORI012 ini sebagai upaya pendalaman pasar sehingga sehingga kita bisa memperluas investor kita yang domestik, tidak hanya terpaku pada perbankan tetapi juga masuk kepada instrumen surat berharga negara,” kata Bambang.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Robert Pakpahan menuturkan porsi obligasi negara untuk investor ritel seperi ORI, sukuk ritel dan saving bond retail terus meningkat setiap tahunnya.
paabila pada 2006, surat utang negara (SUN) ritel hanya 1 persen terhadap total outstanding SUN di pasar sekunder, maka hingga pertengahan September 2015 porsinya telah meningkat menjadi 8,83 persen.
Robert optimistis ORI012 akan diminati pasar. Pasalnya, berdasarkan informasinya yang diterima dari agen penjual, estimasi penyerapan mencapai Rp 34,6 triliun. Realisasi serapan obiligasi ritel tahun lalu (ORI011) pun mencapai Rp 21,2 triliun.
“Dari 21 agen penjual yang ditunjuk dan memberikan estimasi sementara, mereka bisa menyerap sampai Rp 34,6 triliun,” tutur Robert.
Oleh karenanya, Robert tidak menutup kemungkinan untuk meningkatkan serapan ORI012 hingga Rp 25 triliun.
“Di strategi kami Rp 20 triliun tapi bisa diupsize, mungkin nanti akan mengurangi lelang yang berikutnya atau dipakai untuk macam-macam,” kata Robert.
Robert menambahkan sebagian dana hasil penjualan ORI012 dan dana tanggung jawab lingkungan perusahaan agen penjual (corporate social responsibility/CSR) akan digunakan untuk melakukan pelestarian terumbu karang di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, bekerjasama dengan Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi).
Adapun 21 agen penjual ORI021 antara lain: PT Bank ANZ Indonesia, PT Bank Bukopin Tbk, PT Bank Central Asia Tbk., PT Bank CIMB Niaga Tbk., Citibank, PT Bank Danamon Indonesia Tbk., PT Bank DBS Indonesia, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd, PT Bank International Indonesia Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk,PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank OCBC NISP Tbk., PT Bank Panin Tbk., PT Bank Permata Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., Starndard Chartered Bank; PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, PT Danareksa Sekuritas, PT Reliance Securities Tbk., PT Sucorivest Central Gani, dan PT Trimegah Securities Tbk.