Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat menilai pemerintah terlambat membangun Pusat Logistik Berikat (PLB) khusus minyak dan gas. Kendati telat, keberadaan PLB Migas tersebut tetap dibutuhkan di tengah tingginya biaya logistik bahan bakar yang selama ini dikeluhkan pelaku industri dan masyarakat di sejumlah wilayah.
"Walau pun telat, tapi rencana ini sudah harus dijalankan secara sistematis dan strategis oleh pemerintah. Bersyukur akhirnya pemerintah mulai membuka mata dengan kawasan berikat untuk komoditas BBM, LPG sampai minyak mentah seperti yang pernah saya konsepkan sejak 10 tahun lalu selagi masih di BPH Migas (Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi)," kata
Erie Soedarmo, peneliti Pusat Pengkajian Energi Universitas Indonesia kepada CNN Indonesia, Senin (21/9).
Menurutnya, sudah seharusnya Indonesia memiliki fasilitas penyimpanan energi terpadu di dalam negeri mengingat besarnya konsumsi bahan bakar nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab, Erie mengatakan selain dapat menjamin ketersediaan pasokan PLB Migas juga dapat menekan biaya logistik yang selama ini dikeluhkan pelaku industri dan masyarakat di sejumlah wilayah.
Namun, Erie mengingatkan pemerintah bahwa kesuksesan proyek PLB Migas untuk menggusur Singapura akan sangat ditentukan oleh investor yang mamu membeli dan menaruh minyaknya di Indonesia. Untuk itu diperlukan insentif yang menarik agar mereka mau beralih ke Indonesia untuk mengembangkan kawasan berikat tersebut.
"Saya pikir kalau bukan para trader yang biasa bermain di Singapura, siapa lagi yang mau membangun? Jadi pemerintah harus benar-benar menawarkan insetif dan lokasi yang sesuai agar para trader bisa menghitung semuanya mulai biaya pembelian, ongkos penyimpanan di kilang minyak, hingga
cost of money karena minyak yang disimpan akan menjadi 'uang mati'," tutur Erie.
Apabila berhasil, Erie optimistis Indonesia bisa menggeser Singapura dalam percaturan bisnis minyak di kawasan Asia Tenggara. Artinya, lanjut Erie, Indonesia akan menjadi pesaing berat Singapura sebagai pasar minyak di Asia dan tidak lagi menjadikan Meant of Platts Singapore sebagai acuan pembelian minyak maupun BBM impor.
"Apalagi saat ini harga tanah di Singapura juga sudah tinggi sekali untuk membangun fasilitas penyimpanan. Makanya para investor mulai mengincar kawasan-kawasan lain yang ideal seperti ke Malaysia yang sudah membabat lahan di Johor Baru untuk membuat kawasan semacam ini dan Indonesia," tuturnya.
(ags)