Kemenhub Nilai Pelabuhan Patimban Cocok Gantikan Cilamaya

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Rabu, 23 Sep 2015 18:59 WIB
Pelabuhan Patimban di Kota Pamanukan, Subang, Jawa Barat dinilai cocok untuk menggantikan Cilamaya karena tidak banyak kilang di wilayah sekitarnya.
Pelabuhan penyebrangan laut. (ANTARA FOTO/M Rusman)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah melakukan studi kelayakan (feasibility study/FS) lokasi alternatif proyek Pelabuhan Cilamaya, Karawang. Lokasi pengganti yang dinilai paling potensial untuk menggantikan Cilamaya adalah Pelabuhan Patimban di Kota Pamanukan, Subang, Jawa Barat.

“Lokasinya di Pamanukan, nama pelabuhannya Patimban. Saat ini sudah ada (pelabuhan) existing, milik kita (Kemenhub). Nah (pelabuhan) itu nanti kita kembangkan,” kata Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Kemenhub Antonius Tonny Budiono ketika ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Rabu (23/9).

Tonny menilai, Pelabuhan Patimban yang saat ini berada di bawah Unit Penyelenggaraan Pelabuhan (UPP) Kemenhub, memiliki risiko terkecil. Sebab, tidak terlalu banyak kilang minyak di wilayah perairan Patimban.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kita jangan kejadian lagi seperti di Cilamaya di mana di depannya itu banyak offshore. Kita cari risiko yang terkecil,” kata Tonny.

Selain itu, lanjutnya, area Patimban juga dekat dengan area industri, Cikarang, sehingga bisa menunjang kepentingan industri dan masyarakat.  

Saat ini, lanjut Tonny, kedalamannya area laut Patimban sekitar 10 meter. Apabila lokasi ini positif menjadi pengganti Cilamaya, upaya pengerukan kedalaman akan dilakukan hingga mencapai  14 meter. Hal ini dilakukan demi kepentingan lalu lintas kapal masuk.

Selain Pelabuhan Patimban, Tonny mengungkapkan dua dari enam lokasi alternatif yang tengah dipelajari kelayakannya ada di Bekasi dan Cirebon, Jawa Barat.

Menurutnya, hasil studi kelayakan baru bisa diumumkan pada akhir Desember 2015. Setelah dilakukan serangkaian kajian susulan seperti detail perencanaan fisik (Detail Engineering Design/ DED) dan  analisa dampak terhadap lingkungan (Amdal), diperkirakan baru pada pertengahan tahun depan proyek ini bisa ditawarkan kepada investor melalui skema kerjasama pemerintah dan swasta (public-private partnership/PPP).

 “Ditawarkan setelah awal tahun depan. Kan kita studi kelayakan dulu setelah itu pasti baru kita tawarkan (kepada investor),” kata Tonny.

JICA Kembali

Dalam proses uji kelayakan, Tonny mengatakan pemerintah kembali melibatkan Japan International Cooperation Agency (JICA), yang sebelumnya telah melakukan studi kelayakan untuk proyek Pelabuhan Cilamaya.

“Jadi kita tidak studi dari awal lagi, kita pakai lagi studi JICA yang lama. Kan sayang kalau tidak dimanfaatkan,” katanya.

Tonny mengungkapkan telah mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah (Pemda) Subang yang tengah mengusahakan pembebasan lahan untuk akses jalan ke pelabuhan Patimban.

“Nanti hasilnya kita laporkan, terus beliau (Presiden Jokowi) mengeluarkan Perpres (Peraturan Presiden) . Kita tidak mau kejadian kaya Cilamaya, Perpres sudah keluar tapi dibatalin,” ujarnya.

Pemerintah sebelumnya menargetkan konstruksi tahap pertama Cilamaya dimulai tahun 2016 dan rampung pada 2021. Dalam perjalanannya, proyek ini dibatalkan oleh pemerintah karena dinilai berbahaya. Lokasi pelabuhan Cimalaya penuh dengan fasilitas produksi dan pengolahan minyak dan gas (migas). Salah satunya adalah wilayah kerja Pertamina Offshore North West Java (ONWJ) milik PT Pertamina (Persero).

(ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER