Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan pemerintah membutuhkan waktu untuk mengatasi maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) industri yang terjadi belakangan ini akibat perlambatan ekonomi. Dua paket kebijakan yang diluncurkan pemerintah disebutnya tidak bisa instan mengatasi masalah sosial tersebut.
“Paket pertama itu kan fokusnya pada investasi, ekspor, dan properti. Tapi itu memerlukan investasi baru untuk bergerak, sehingga perlu waktu. Tidak berarti setelah keluar, kemudian langsung PHK berhenti,” ujar Darmin sebelum mengumumkan paket kebijakan ekonomi jilid II di Istana Kepresidenan, Selasa (29/9).
Bekas Gubernur Bank Indonesia itu menjelaskan, PHK yang dialami para pekerja belakangan ini mutlak akibat ekonomi Indonesia yang melambat. Sejenis dengan yang terjadi di negara-negara lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dan itu walaupun perlambatan, diperkirakan sudah makin mengecil. Artinya di kuartal III pertumbuhan akan lebih baiklah daripada kuartal II. Tapi itu tidak berarti PHK akan sepenuhnya berhenti,” kata Darmin.
Ia menegaskan bahwa pemerintah tengah berupaya melakukan yang terbaik untuk memperbaiki ekonomi Indonesia. Namun semua kebijakan yang diambil merupakan bagian dari proses yang memerlukan waktu.
“Tidak bisa di putar balik begitu saja. Prosesnya harus sampai di
bottom masalahnya dulu baru kemudian ada perbaikan,” katanya.
Bantu UKMSelain membantu para pelaku industri yang tengah kesulitan berhadapan dengan perlambatan ekonomi dan gejolak nilai tukar rupiah, Darmin menyatakan pemerintah juga akan memberi porsi khusus untuk membantu pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).
Menurut Darmin, pengusaha kecil perlu dibantu karena paling stabil dan paling cepat pertumbuhannya dalam satu setengah tahun terakhir di tengah kesulitan yang dialami pelaku industri besar.
“Pengusaha makanan dan minuman kemudian perhiasan, itu hampir semuanya UKM. Sebenarnya pada masa seperti ini, UKM itu banyak yang bisa menikmati keuntungan lebih banyak. Karena saat mereka mengekspor, harga yang mereka terima lebih besar akibat kurs,” jelasnya.
(gen)