Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) memuji kinerja Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang beranggotakan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan pemerintah-pemerintah daerah dalam mengendalikan harga. Keberhasilan tersebut tercermin dari deflasi September 2015 yang tercatat 0,05 persen.
Kepala BPS Suryamin mencatat dari 83 kota yang menjadi target survei Indeks Harga Konsumen (IHK), laju deflasi terjadi di 36 kota dengan deflasi tertinggi di Sibolga yakni sebesar 1,85 persen dan deflasi terendah kedua terjadi di Bandung sebesar 0,01 persen.
Sedangkan inflasi tertinggi tercatat terjadi di Merauke sebesar 1,33 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Artinya secara keseluruhan, Indonesia pengendalian inflasinya sudah cukup bagus karena ada TPID," kata Suryamin di Gedung BPS, Kamis (1/10).
Tak hanya itu, Suryamin juga menilai kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengontrol harga pangan terbukti berhasil. Hal tersebut bisa dilihat dari tren penurunan harga pasca masa Idul Fitri pada Juli 2015. Menurutnya permintaan akan barang dan jasa pada bulan itu meningkat, namun penurunan permintaan masih terasa hingga September yang menyebabkan harga turun.
Gejolak harga barang yang diatur pemerintah (
administered price) dan bahan pangan (
volatile food) masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,4 persen dan
volatile food mengalami deflasi sebesar 1,25 persen.
“Selain itu komponen energi juga mengalami deflasi 0,26 persen terutama bahan bakar seperti Pertamax. Itu berpengaruh karena konsumennya sudah banyak," katanya.
Dengan realisasi tersebut, Suryamin mencatat laju inflasi komponen inti (
core inflation) pada September 2015 diketahui telah mencapai 0,44 persen dan tingkat inflasi komponen inti sebesar 5,07 persen secara tahunan.
(gen)