Pembebasan Lahan Hambat Proyek Rel Ganda Sampai Cikarang

Aulia Bintang Pratama | CNN Indonesia
Senin, 05 Okt 2015 04:50 WIB
Menhub Ignasius Jonan menegaskan bahwa tantangan terbesar dalam menggarap rel ganda sampai Cikarang adalah pembebasan lahan.
Menhub Ignasius Jonan menegaskan bahwa tantangan terbesar dalam menggarap rel ganda sampai Cikarang adalah pembebasan lahan. (Detikcom/Mulya Nurbilkis).
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengklaim bahwa lahan di antara Stasiun Manggarai dan Stasiun Bekasi telah seluruhnya dibebaskan untuk proyek pembangunan double double track (DDT). Namun ia mengakui bahwa pembebasan belum sepenuhnya dilakukan di antara Bekasi hingga Cikarang.

"Sebagian sudah tinggal dikerjakan, ada beberapa titik yang belum karena belum dibebaskan antara Bekasi sampai Cikarang," kata Jonan saat ditemui di Stasiun Bekasi, Ahad (4/10).

Menurut Jonan tidak semua lahan di sepanjang jalur rel kereta dibebaskan, hanya yang benar-benar dibutuhkan saja. Sayangnya, Jonan tidak terlalu ingat berapa banyak lahan yang hingga kini telah dibebaskan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun mantan bos PT Kereta Api Indonesia (Persero) memang menegaskan bahwa tantangan yang dihadapi oleh Kementerian Perhubungan terkait pembangunan DDT adalah pembebasan lahan. Apalagi, yang dihadapi oleh mereka adalah waktu.

Seperti diketahui, Jonan menargetkan proyek DDT Manggarai-Bekasi-Cikarang selesai paling lambat pada 2018 mendatang. Itu artinya Kemenhub punya waktu sekitar tiga tahun untuk menyelesaikan semuanya.

"Mudah-mudahan saja cepat selesai karena manfaatnya untuk bersama. Karena jika tidak maka frekuensi (kereta) makin tidak bisa ditambah, terutama yang ke arah Bekasi," katanya.

Jonan memang mengindikasikan adanya penambahan armada dan frekuensi kereta api listrik (KRL) untuk tujuan Bekasi-Manggarai.

Maka dari itu, lanjut Jonan, dengan adanya DDT tersebut maka jalur kereta yang digunakan oleh KRL dan non KRL akan berbeda dan tidak akan mengundang protes dari warga.

"Jadi jalurnya terpisah, non KRL menggunakan dua track yang baru. Sementara jalur yang lama yang ada kabel listriknya tetap untuk KRL, jadi kalau ada penambahan KRL frekuensinya masih bisa," kata mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia tersebut. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER