Tony Fernandes Minta Pemerintah Hapus Tarif Bawah Maskapai

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 10 Agu 2015 18:44 WIB
Aturan tarif batas bawah disebut bos AirAsia Group telah menyebabkan berkurangnya jumlah penumpang pesawat rute domestik selama semester I 2015.
CEO AirAsia Group Tony Fernandes. (REUTERS/Issei Kato)
Jakarta, CNN Indonesia -- Chief Executive Officer (CEO) AirAsia Group Tony Fernandes meminta Menteri Perhubungan Ignasius Jonan untuk menghapus kembali aturan tarif batas bawah tiket penerbangan domestik berjadwal. Secara tegas Tony menyebut pemberlakuan kembali aturan tarif batas bawah oleh Menteri Jonan sejak Januari 2015 telah membuat industri penerbangan ditinggalkan penumpang.

Ketentuan mengenai tarif batas bawah tiket penerbangan diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) PM 91 Tahun 2014 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwa Dalam Negeri. Aturan yang diteken Jonan pada 30 Desember 2014 itu mengatur tarif batas bawah minimal 40 persen dari tarif batas atas sesuai kelompok pelayanan yang diberikan.

“Saya pikir kebijakan tarif batas bawah buruk, tidak hanya bagi AirAsia tapi juga Lion Air dan maskapai lain. Akibatnya pariwisata domestik juga turun,” kata Fernandes di Jakarta, Senin (10/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemilik klub liga Inggris Queens Park Rangers itu mengungkapkan tujuan bisnis AirAsia sejak awal didirikan adalah ingin membuat setiap orang bisa terbang. Caranya adalah dengan membuat tarif yang terjangkau tanpa meninggalkan aspek keselamatan dan keamanan penerbangan. Fernandes menyebut semakin banyak orang terbang akan berdampak positif pada industri pariwisata di suatu negara.

“Pariwisata internasional cukup baik, tapi pariwisata domestik sedang menderita,” katanya. Kondisi tersebut menurutnya diperparah dengan perekonomian Indonesia yang juga tengah lesu.

“Saya berharap pemerintah dapat melihat kembali kebijakan tarif bawah itu,” kata Fernandes.

Dengan bergurau, ia bahkan menilai seberapa cepat AirAsia bisa menerbangkan 500 juta penumpang ditentukan oleh kebijakan tarif batas bawah tiket yang dibuat Menteri Perhubungan.

“Pertanyaan berikutnya,seberapa cepat maskapai ini mencapai 400 juta atau 500 juta penumpang itu sangat bergantung pada tarif batas bawah. Apabila kami bisa keluar dari tarif batas bawah, kami yakin akan mencapainya lebih cepat,” candanya.

Diwawancara terpisah, pengamat penerbangan Gerry Soejatman menilai dampak kebijakan tarif batas bawah memang akan lebih dirasakan oleh maskapai bertarif murah yang tidak memberikan pelayanan penuh (full service) seperti AirAsia dan Lion Air. Selain itu, dengan tidak adanya tarif ‘promo’ dinilainya akan menurunkan jumlah penumpang yang bepergian menggunakan angkutan udara, terutama bagi penumpang yang pergi bukan karena urusan bisnis.

“Kebijakan penetapan tarif batas bawah penerbangan berpengaruh pada permintaan terbang non-essential di musim non liburan, kalau yang urusan bisnis ya mau tidak mau tetap pergi,” kata Gerry kepada CNN Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah penumpang rute domestik AirAsia pada paruh pertama tahun ini sebesar 1,16 juta penumpang atau turun 28 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 1,6 juta penumpang. Indonesia, disebutkan Fernandes, berkontribusi sekitar 25 – 27 persen dari seluruh penumpang Group AirAsia.

Sementara secara keseluruhan, data yang sama menyebutkan jumlah penumpang pesawat rute domestik yang diterbangkan 17 maskapai berjadwal nasional selama paruh pertama 2015 sebanyak 31,71 juta penumpang. Angka tersebut merosot 14 persen dibandingkan realisasi semester I 2014 sebanyak 36,71 juta penumpang. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER