Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah cadangan devisa Bank Indonesia (BI) tercatat sebesar US$101,7 miliar pada akhir September 2015, turun US$3,6 miliar dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya US$ 105,3 miliar.
Tirta Segara, Direktur Eksekutif BI menjelaskan perkembangan tersebut disebabkan oleh penggunaan cadangan devisa dalam rangka pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah.
" Hal tersebut sejalan dengan komitmen Bank Indonesia yang telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," ujarnya melalui keterangan pers BI, Selasa (7/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan perkembangan tersebut, lanjut Tirta, posisi cadangan devisa per akhir September 2015 masih cukup untuk membiayai 7 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Posisi cadangan devisa tersebut juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan," tuturnya.
Pada kesempatan berbeda, Anggota Komisi XI DPR, Andreas Eddy Susetyo menilai BI terlambat melakukan intervensi di pasar uang. Dia menilai BI kurang mencermati kondisi neraca permintaan dan penawaran valas di pasar yang cukup menggerus cadangan devisa.
"BI kehilangan momentum, kenapa intervensinya tidak dilakukan ketika rupiah masih di level Rp13 ribu?" tanya Andreas di Gedung DPR.
Anggota Fraksi PDIP menambahkan, kepercayaan pasar terhadap ketahanan cadangan devisa Indonesia semakin turun mengingat jumlahnya semakin tergerus mendekati batas psikologis US$100 miliar.
"Ini untung rupiah menguat karena data tenaga kerja Amerika Seriat jauh dari ekspektasi pasar, coba kalau Oktober mereka membaik bagaimana rupiah kita?" katanya.
(ags)