Rupiah Kembali Ambruk, Lewati Level Rp14.700 per Dolar AS

Immanuel Giras Pasopati | CNN Indonesia
Rabu, 23 Sep 2015 14:58 WIB
Nilai tukar rupiah kembali melorot dan melewati level Rp14.700per dolar Amerika Serikat. Apa sebabnya?
Ilustrasi (CNN Indonesia/Antara Photo/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah kembali mendapat tekanan dan terperosok melewati level Rp14.700 per dolar AS di pasar spot. Penundaan naiknya suku bunga AS (Fed rate) dan pemangkasan target pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu faktor pelemahan rupiah.

Hingga pukul 13.25 WIB pada Rabu (23/9), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah bergerak di antara Rp14.577 hingga Rp14.730 di pasar spot. Sementara itu, kurs jual PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ditetapkan di level Rp14.700 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di angka Rp14.500.

Bank Indonesia sendiri menetapkan kurs tengah rupiah di level Rp14.623 per dolar AS, melemah dari level Rp14.486 pada penetapan kemarin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh faktor eksternal. Ia menyatakan negara emerging market penghasil komoditas hampir semuanya mengalami pelemahan mata uang karena rendahnya harga komoditas.

"Sebenarnya ini masih karena sentimen eksternal. Apalagi semua negara penghasil komoditas melemah mata uangnya, termasuk Indonesia," ujarnya saat dihubungi, Rabu (23/9).

Namun, lanjutnya, faktor utama jebloknya nilai tukar rupiah adalah terkait penundaan Fed rate oleh bank sentral AS. Selain itu, terkait pemangkasan target pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh beberapa pihak baru-baru ini.

Di sisi lain, ia menilai sebenarnya pemangkasan target pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan kondisi realistis bagi pelaku pasar. Namun persepsi pelaku pasar terlanjur negatif dan pesimistis hingga mengakibatkan pelemahan di pasar keuangan.

"Sebenarnya pemangkasan tersebut realistis, tapi karena persepsi pasar negatif maka berimbas ke pelemahan kurs," ujar David.

Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menyatakan pelemahan kurs kali ini merupakan imbas dari tertundanya penaikan Fed rate. Selain itu, ia menilai rupiah melemah karena kinerja ekspor impor dalam negeri yang dinilai buruk.

"Kalau ini reaksi dari FOMC yang tidak menaikan suku bunga, mata uang lainnya terkena tekanan. Data ekonomi kita untuk ekspor impor juga jelek sekali, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan tidak mencapai di atas lima persen," kata dia.

Menurut Lukman, pelaku pasar menjadi cemas karena sentimen dari dalam negeri tidak bagus dan faktor eksternal tidak kunjung membaik. Ia pun menilai Bank Indonesia sudah terlihat kebingungan dalam menahan pelemahan rupiah saat ini. Menurutnya, rupiah bisa mencapai level yang jauh lebih buruk.

"BI juga sudah lama mempertahankan BI rate di level 7,5 persen, ini menandakan bahwa BI tidak tahu harus berbuat apa, harusnya itu diturunkan atau di naikkan, ini perlu dilakukan, mau dibawa kemana ini ekonomi kita. Saya rasa rupiah bisa mencapai Rp15.000 per dolar AS, karena ini juga kan mendekati awal bulan, akan ada rilis data ekonomi manufaktur, dan data lainnya," katanya. (gir/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER