Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi signifikan mengikuti pelemahan bursa regional menyusul buruknya data ekonomi China. Indeks turun sebesar 99 poin atau 2,29 persen ke level 4.244 setelah bergerak di antara 4.239-4.308 pada Rabu (23/9).
Sementara itu di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah terkoreksi sebesar 94 poin atau 0,65 persen menjadi Rp 14.646 per dolar AS, setelah berfluktuatif di kisaran Rp 14.577-Rp 14.730 per dolar AS.
Kepala Riset PT MNC Securities, Edwin Sebayang mengatakan saat ini pasar keuangan dalam negeri sedang terkena komplikasi dari sentimen regional dan global. Terlebih, Indonesia merupakan negara pengekspor komoditas sehingga sangat rentan terhadap gejolak eksternal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau menurut saya mungkin ini sudah komplikasi. Kita dapat data dari China bahwa kinerja manufaktur turun paling rendah dalam 6,5 tahun terakhir. Jauh lebih buruk dari perkiraan. Itu berdampak kepada Indonesia yang mengekspor komoditas,” ujarnya di Jakarta, Rabu (23/9).
Pelemahan bursa saham, kata Edwin, merupakan dampak rembetan dari kejatuhan rupiah yang terkena sentimen regional. Menurutnya, hal itu membuat kinerja sektor perbankan dan emiten-emiten yang mengoleksi utang valas akan ikut terpukul.
“Pada semester I ketika rupiah jatuh mengakibatkan kinerja emiten turun 3,5 persen. Sektor pertama perbankan, dari sisi dolar yang dipinjamkan dan yang dipinjam. Kemudian emiten yang punya utang besar dalam dolar AS. Rugi selisih kurs juga bakal meningkat,” jelasnya.
Menurut Edwin, tren pelemahan rupiah yang terus mendekati level Rp 15.000 per dolar AS cukup mengejutkan karena lebih cepat dari perkiraan. Fenomena ini membuat kinerja saham-saham unggulan mengalami kontraksi yang pada gilirannya membujat IHSG tertekan.
“Saya tetap melihat kinerja emiten LQ 45 bisa terkontraksi 4,5-5 persen laba bersihnya. Banyak emiten tidak menduga bahwa kejatuhan rupiah lebih cepat dari perkiraan. Apalagi kalau semakin mendekati 15.000. IHSG saat ini sedang adjust, saya lihat bisa mencapai level 4.005 untuk skenario terburuknya,” jelasnya.
Edwin menilai ada faktor lain yang turut menekan kinerja kurs dan IHSG, yakni pemangkasan target pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Asian Development Bank (ADB). Perlambatan ekonomi nasional sudah dibaca pula oleh MNC Securities yang memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 4,7 persen pada tahun ini.
“Sudahlah, pemerintah tidak usah menyangkal bahwa saat ini tidak masuk ke masa krisis. Pasar sudah tahu, faktanya rupiah bisa mencapai 14.700 seperti ini,” jelasnya.
Mandiri Sekuritas mencatat, investor membukukan transaksi sebesar Rp 4,9 triliun, terdiri dari transaksi reguler Rp 3,36 triliun dan transaksi negosiasi Rp 1,54 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi jual bersih (
net sell) sebesar Rp 744,92 miliar.
Sebanyak 62 saham naik, 209 saham turun, 69 saham tidak bergerak, dan 215 saham tidak ditransaksikan. Sebanyak sembilan sektor melemah, dipimpin oleh sektor aneka industri yang turun 4,11 persen dan sektor keuangan yang turun 3,25 persen.
Saham di sektor aneka industri yang paling terkoreksi adalah PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) yang turun 10 persen dan PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG) yang turun 9,43 persen.
Di sektor keuangan, saham yang paling melemah adalah PT Equity Development Investment Tbk (GSMF) sebesar 9,9 persen dan PT Bank Windu Kentjana International Tbk (MCOR) sebesar 7,69 persen.
Dari Asia, mayoritas indeks saham terkoreksi. Kondisi itu ditunjukkan oleh indeks Kospi di Korsel yang melemah sebesar 1,89 persen, indeks Hang Seng di Hong Kong yang terkoreksi sebesar 2,26 persen, dan indeks Straits Times di Singapura yang turun sebesar 0,56 persen.
Sore ini, mayoritas indeks saham di Eropa justru menguat sejak dibuka tadi siang. Indeks FTSE100 di Inggris naik 1,36 persen, DAX di Jerman yang menguat 1,31 persen, dan CAC di Perancis yang terapresiasi 1,15 persen.
(ags)