Rizal Ramli Sebut Freeport Kepepet

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Selasa, 13 Okt 2015 16:41 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menilai Freeport mendesak perpanjangan kontrak karya karena nilai valuasi perusahaan turun.
Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli ditemui di Kompleks Kantor Bank Indonesia (BI), Jakarta, Rabu (19/8). (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli kembali menyentil isu perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia. Rizal menilai perpanjangan kontrak kerja yang diajukan perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu disebabkan kondisi keuangan perusahan induk yang tengah terjepit akibat investasi di Teluk Meksiko yang merugi.

"Freeport itu tambang emas yang paling menguntungkan di dunia. Nah Freeport ini saat ini kepepet. Nilai valuasi turun 0,25 persen. Mereka juga rugi karena investasi US$ 15 miliar di Meksiko dry hole dan duit mereka hilang. Mereka kepepet dan andalan satu-satunya adalah Indonesia," ujar Rizal dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR RI, Selasa (13/10).

Akibat keadaan itu, lanjut Rizal, Freeport Indonesia secara agresif mengajukan perpanjang kontrak karya yang disampaikan melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rizal menuding, dalam setiap usaha perpanjang kontrak yang diajukan, Freeport selalu mencari celah agar proposal perpanjangan kontrak lolos. Dalam kesempatan ini, Rizal juga menuding, banyak pejabat Indonesia yang mengambil kesempatan untuk mengambil keuntungan pribadi.

"Freeport tahun 1967 sampai 2014 hanya bayar royalti emas 1 persen, royalti tembaga 0,5 persen, padahal di seluruh dunia royalti 6 sampai 7 persen. Kenapa? karena ada KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Setiap perpanjangan kontrak terjadi KKN," tuding Rizal.

Rizal juga mengatakan Freeport tidak pernah serius dalam rencana divestasi sahamnya. Ia menyebut Freeport selalu mencari-cari alasan dan mengulur waktu.

"Freeport ini paling mencla mencle soal divestasi. Ada aja alasan. Newmont aja bayar," ujarnya.

Dalam kondisi Freeport yang terjepit seperti ini, lanjut Rizal, justru sebaiknya pemerintah memiliki posisi tawar yang lebih baik dibandingkan dengan Freeport. Rizal ingin pemerintah khususnya Kementerian ESDM menaikkan tarif royalti bagi hasil dari Freeport sebesar 6-7 persen.

"Maksud saya semakin mepet mereka semakin tinggi bargaining kita. Yang kami inginkan adalah bayar royalti 6 sampai 7 persen. Kalau awal orde baru itu tidak mungkin. Karena saat itu yang terjadi, mohon maaf, pejabat nya banyak yang disogok," ujarnya. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER