Produksi Alat Berat Jeblok, Pengusaha Curhat ke Jokowi

Resty Armenia | CNN Indonesia
Kamis, 15 Okt 2015 14:21 WIB
Dari kapasitas 10.000 unit per tahun, industri hanya mampu memproduksi 4.000 unit karena lesunya sektor pertambangan dan kebijakan yang tak mendukung.
Tambang, fasilitas produksi, dan pabrik pengolahan bahan galian tambang milik PT Newmont Nusa Tenggara. (Dok. Newmont)
Jakarta, CNN Indonesia -- Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) menyatakan tengah mengalami penurunan produksi akibat dari lesunya sektor pertambangan. Oleh karena itu, Hinabi menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna memperoleh solusi dan insentif bagi industri alat berat.

"Hinabi lebih mengedepankan bahwa saat ini produksi kami sedang drop," ujar Ketua Hinabi Jamaluddin di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (15/10).

Jamaluddin menjelaskan, Hinabi memiliki kapasitas produksi 10.000 unit per tahun, sedangkan saat ini hanya terpakai 40 hingga 50 persen dari total produksi. Ia menjelaskan, hal tersebut berpengaruh terhadap industri pendukung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kapasitas produksi kami 10.000 per tahun, sekarang hanya sekitar 4.000," kata dia.

Oleh karena itu, imbuh Jamaluddin, Hinabi mengajukan beberapa permintaan kepada Presiden, salah satunya mengenai harmonisasi bea masuk. Menurut dia, sebenarnya bea masuk memiliki tarif, namun dengan adanya free trade agreement (FTA), maka tarif completely built-up (CBU) tersebut menjadi 0 persen, sehingga tidak akan kompetitif dengan bea masuk komponen.

"Itu yang kami minta ditinjau. Kemudian beberapa hal yang kami minta adalah bagaimana lebih mengutilisasi industri dalam negeri, di mana ada peraturan atau peninjauan aturan yang ada mengenai impor alat berat," ujar dia.

Hinabi berharap agar pemerintah melakukan pengecekan regulasi untuk impor alat berat jika alat berat tersebut memang jadi diproduksi di Indonesia. Hal itu dilakukan agar industri dalam negeri tetap tumbuh dengan baik.

Selama ini, ucap Jamaluddin, anggota Hinabi telah mengekspor 20 persen hasil produksi ke luar negeri, bahkan hingga luar lingkup negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Saleh Husin menyampaikan, pemerintah akan terus berkoordinasi supaya industri alat berat bisa tetap tumbuh. "Tentu salah satunya adalah mereka menyampaikan agar dapat diperhatikan juga dengan impor-impor alat berat yang sudah dapat diproduksi dalam negeri," kata dia. (gir/gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER