Jakarta, CNN Indonesia -- Demi menghadapi situasi ekonomi yang tidak menentu, manajemen PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menggelontorkan penyisihan cadangan (provisi) menjadi hingga Rp 6,4 triliun pada kuartal III 2015. Provisi adalah biaya yang dikenakan terhadap fasilitas pinjaman.
Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni mengatakan kredit yang disalurkan BNI hingga kuartal III 2015 mencapai Rp 307,12 triliun atau naik 14,6 persen dibanding periode yang sama tahun 2014 yang sebesar Rp 267,94 triliun.
“Pertumbuhan penyaluran kredit dan dana yang dicapai merupakan salah satu indikasi berputarnya mesin bisnis BNI. Selain itu BNI juga dapat menjaga posisi net interest margin (NIM) yang naik dari 6,1 persen di kuartal III 2014 menjadi 6,5 persen pada kuartal III 2015,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (16/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya, dari sisi pendapatan, jelas Achmad, total pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) hinggakuartal III 2015 ini mencapai Rp 18,70 triliun atau naik 14,1 persen dibanding NII pada
kuartal III 2014 yang hanya sebesar Rp 16,40 triliun.
“Laba sebelum penyisihan pencadangan (provisi) juga meningkat 9,4 persen dari Rp 12,75 triliun menjadi Rp 13,95 triliun,” katanya.
Tidak hanya dari pendapatan bunga, Achmad menjelaskan, sumber pendapatan lain, yaitu fee income, baik reccuring fee maupun non-recurring fee juga mengalami kenaikan, antara lain dari bisnis bancassurance, jasa pembayaran tagihan (bill payment) dan transaksi ATM.
Achmad mengaku, pada akhir kuartal III 2015 ini, manajemen BNI tetap fokus dalam memperkuat fundamental keuangan menghadapi gejolak ekonomi yang tidak menentu. Sejak kuartal II 2015 lalu, ungkapnya, BNI melipatgandakan provisi hingga tercapai coverage ratio 138,8 persen.
“Pada kuartal III 2015 ini, penyisihan pencadangan mencapai Rp 6,40 triliun atau naik hingga 93,6 persen dibanding periode yang sama tahun 2014 yang sebesar Rp 3,31 triliun. Dengan tambahan provisi ini, coverage ratio BNI per kuartal III 2015 mencapai 139,6 persen atau level tertinggi yang pernah dicapai BNI,” jelasnya.
Lebih lanjut, Achmad menyatakan penguatan fundamental keuangan dengan meningkatkan penyisihan pencadangan ini berpengaruh pada laba bersih BNI di kuartal II 2015 lalu yang mengalami penurunan.
Namun pada kuartal III 2015, laba bersih BNI kembali normal. Selama 3 bulan di kuartal III 2015, BNI berhasil mencatat laba sebesar Rp 3,57 triliun atau sekitar Rp 1,19 triliun per bulan, sehingga laba bersih BNI sampai dengan 30 September 2015 mencapai Rp 6,0 triliun. Dari sisi rasio permodalan, Capital Adequacy Ratio (CAR) BNI hingga kuartal III 2015 meningkat dari 16,2 persen menjadi 17,4 persen.