Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) membukukan penurunan laba bersih setelah pajak sebesar 3 persen pada sembilan pertama tahun ini menjadi Rp 1,38 triliun, dari Rp 1,42 triliun pada periode yang sama di 2014.
Padahal sejak awal tahun hingga kuartal III 2015, BTPN berhasil membukukan kredit Rp 56,9 triliun atau tumbuh 11 persen dari periode yang sama pada 2014 sebesar Rp 51,1 triliun. Namun, beban operasional yang meningkat membuat kinerja BTPN terhambat.
Direktur Utama BTPN Jerry Ng mengatakan pertumbuhan kredit kuartal III dimotori oleh peningkatan kredit ke segmen masyarakat prasejahtera produktif serta pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kredit prasejahtera produktif naik 46 persen secara tahunan (
year on year/yoy) menjadi Rp 3,2 triliun dan kredit UMKM naik 31 persen yoy menjadi Rp 15,2 triliun,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (19/10).
Ia menjelaskan, hal tersebut memperlihatkan tingginya kebutuhan pendanaan di kelompok masyarakat bawah, serta aktivitas UMKM yang tetap menggeliat di tengah perekonomian yang menantang.
Kendati demikian, Jerry menyatakan BTPN tetap mengimbangi penyaluran kredit dengan asas kehati-hatian yang tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (
non performing loan/NPL) yang terjaga di level 0,8 persen.
“Pertumbuhan kredit sebesar 11 persen dengan NPL terjaga di 0,8 persen menunjukkan kami masih ekspansif dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian,” katanya.
Sayangnya, beban operasional BTPN hingga 30 September 2015 meningkat menjadi Rp 4,32 triliun, dari Rp 3,84 triliun. Beban operasional tersebut paling banyak disumbang oleh beban tenaga kerja senilai Rp 2,08 triliun, naik dari Rp 1,8 triliun.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) BTPN hingga 30 September 2015 mencapai Rp 59 triliun atau tumbuh 12 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 52,6 triliun. Sementara itu tingkat rasio kredit terhadap simpanan, (
loan to deposit ratio/LDR) mencapai 96 persen, turun dari posisi 2014 di level 97 persen.
“Apabila memperhitungkan pendanaan dari obligasi dan pinjaman bilateral, rasio likuiditas BTPN berada di 87 persen,” kata Jerry.
Adapun aset BTPN mengalami peningkatan 12 persen secara tahunan, dari Rp 71,7 triliun pada kuartal III 2014 menjadi Rp 80,1 triliun pada 30 September 2015. Sementara itu rasio kecukupan modal (
capital adequacy ratio/CAR) sebesar 23,8 persen.
Analis Mandiri Sekuritas Vanessa Ariati Tanuwijaya mengatakan kendati melemah dari tahunan, namun berdasarkan penghitungan antar kuartal, laba bersih BTPN menunjukkan pertumbuhan 30 persen secara kuartalan menjadi Rp 506 miliar dari Rp 388 miliar pada kuartal II 2015.
“Hasil kinerja itu sejalan dengan prediksi 2015 kami tetapi di bawah prediksi konsensus,” jelasnya.
(gen)