Jakarta, CNN Indonesia --
PT Pertamina (Persero) siap melego anak usahanya melalui mekanisme penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) tahun depan. Kendati demikian, manajemen perusahaan minyak pelat merah tersebut belum menentukan entitas usaha mana yang sahamnya akan terpampang di pasar bursa.
Meski begitu, Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto menegaskan anak usaha yang bakal dijual adalah perusahaan yang tidak bergerak di bisnis inti perseroan.
Ini lantaran pelaksanaan IPO dimaksudkan untuk membantu kinerja perusahaan demi meningkatkan
leverage non aset.
"Memang, pelaksanaan IPO untuk anak usaha sudah siap tahun depan, tapi kami masih tentukan siapa anak perusahaan yang akan di-IPO karena tujuannya adalah untuk menguatkan kinerja anak perusahaan itu," jelasnya ketika ditemui di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (19/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwi juga menyebut, Pertamina akan memilih diantara tiga anak perusahaan yang diharapkan bisa melantai di Bursa Efek meliputi: PT Tugu Pratama Indonesia, PT Pertamina Bina Medika, atau PT Patra Jasa.
Sementara anak perusahaan Pertamina di bidang penerbangan, PT Pelita Air Service urung dilakukan IPO-nya kendati awalnya dijadwalkan pada tahun ini.
"Kalau Pelita Air kami tidak lakukan IPO karena saat ini kondisi pasarnya sedang berat. Begitupun tahun depan, kalau pasarnya sedang buruk pun mungkin kita hanya akan lepas ke publik sedikit," kata Dwi.
Berangkat dari alasan itulah mantan bos PT Semen Indonesia Tbk ini belum menentukan porsi saham yang akan dilepas ke publik. Lebih lanjut, ia menyatakan Pertamina pun belum menentukan siapa penjamin emisi (
underwriter) pelaksanaan IPO ini.
"Tapi memang pada dasarnya semua anak-anak perusahaan sudah siap. Tinggal nanti mana yang kita pilih," jelasnya.
Sebagai informasi, 7 dari 18 anak perusahaan yang dimiliki Pertamina tidak bergerak di bidang pengelolaan migas.
Mengutip Laporan Keuangan Pertamina Semester I 2015, ketujuh perusahaan itu menyumbang US$ 246,93 juta atau berkontribusi sebesar 1,14 persen dari pendapatan Pertamina sebesar US$ 21,79 miliar pada paruh pertama 2015.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio mengatakan aturan terbaru mengenai penyelenggaraan IPO anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan rampung dua tahun mendatang.
Salah satu poin utama peraturan tersebut adalah percepatan durasi pengajuan IPO yang lebih cepat dibandingkan IPO BUMN biasa, yang tak harus melalui 25 tahapan seperti yang tercantum pada UU no. 19 tahun 2003.
Tito mengatakan saat ini terdapat 119 BUMN, termasuk 14 Perum (perusahaan umum) yang beroperasi di Indonesia.
Dari 119 BUMN tersebut, ia bilang terdapat 700 anak perusahaan BUMN yang diekspektasikan bisa meningkatkan nilai kapitalisasi pasar saat ini kalau nantinya bisa dilakukan IPO.
Jajarannya sendiri berharap bisa melakukan kapitalisasi pasar Rp 3.750 triliun per tahunnya dengan nilai transaksi harian mencapai Rp 15 triliun dalam jangka waktu lima tahun mendatang.
Hingga 12 Oktober 2015, nilai kapitalisasi pasar BEI mencapai Rp 4.822 triliun dengan nilai transaksi harian rata-rata sebesar Rp 5,81 triliun per harinya.
(dim/dim)