Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan bertahan di zona hijau pada perdagangan hari ini, Selasa (20/10). Perlambatan ekonomi China yang sesuai dengan ekpektasi pasar memberikan sentimen positif terhadap geliat bursa saham nasional.
"Diprediksi IHSG akan bergerak menguat tertahan dengan range 4500-4650," ujar Lanjar Nafi, Analis Reliance Securites melalui riset hariannya, Senin (19/10) malam.
Lanjar menjadikan pergerakan variasi bursa Asia sehari sebelumnya sebagai acuan meramalkan potensi pasar hari ini. Volume perdagangan harian bursa saham Asia mengalami penurunan pada awal pekan ini di saat investor cenderung wait and see.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedangkan Indeks saham China ditutup menguat tipis setelah GDP China melambat menjadi 6,9 persen dari 7 persen di periode sebelumnya meskipun masih di atas ekspetasi dilevel 6,8 persen dan tingkat penjualan ritelnya naik di atas ekspetasi di level 10,9 persen," ujarnya.
Dari dalam negeri, rentetan kebijakan pemerintah dinilai Lanjar berhasil terus menumbuhkan optimisme investor, di mana fokusnya pada pangan dan infrastruktur. Hal ini terlihat dari prilaku investor asing yang berbalik mencatatkan aksi berli bersih (net buy) sebesar Rp261,19 miliar pada perdagangan Senin.
Sementara dari Eropa, bursa saham dibuka positif di saat beberapa emiten besar mencatatkan peningkatan penjualan dan adanya reshuffle pada bank Deutsche setelah melaporkan laba yang cukup positif. Minimnya sentimen pada pekan ini akan membuat investor condong melihat kinerja emiten-emiten pada kuarta ke III.
Prediksi yang hampir sama juga dikemukakan Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) Reza Priyambada, yang memperkirakan IHSG akan begerak pada rentang support 4525-4558 dan resisten 4578-4586.
"Kembali laju IHSG memperlihatkan posisinya yang bertahan di zona hijau di tengah terpaan pelemaha laju bursa saham lainnya," jelasnya melalui riset harian NHKSI.
Meski laju IHSG terlihat masih kuat di zona hijau, namun Reza mengingat agar pelaku pasar tetap perlu untuk mewaspadai risiko pelemahan.
Menurutnya, pelemahan laju Rupiah yang mulai terbatas memberikan ruang bagi pasar obligasi untuk dapat bergerak menguat. Akan tetapi, penguatan imbal hasil (yield) di sejumlah negara turut memberikan imbas negatifnya sehingga sebagian pelaku pasar masih melakukan aksi jual.
"Kondisi ini pun dapat membuat pasar obligasi dapat berjalan seiringan dengan pasar ekuitas yang mampu bertahan menguat," tuturnya.
Dari sisi nilai tukar, Reza melihat melemahnya sejumlah data ekonomi China memberikan imbas negatif pada laju mata uang Asia termasuk rupiah yang kemarin masih melanjutkan pelemahan.
"Mulai adanya pembalikan arah dikhawatirkan dapat memberikan peluang kembali terjadinya pelemahan (kurs). Pelaku pasar dimungkinkan akan kembali melepas rupiah dan kembali beralih ke dolar AS mengingat penurunan yang telah terjadi dalam beberapa hari terakhir," tuturnya.
Rupiah diprediksi akan diperdagangkan di bawah target support Rp13.550 per dolar AS.
(ags)