Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melihat adanya diversifikasi sektor di dalam penanaman modal dari para investor Amerika Serikat (AS). Hal tersebut diketahui setelah BKPM mencatat minat investasi baru maupun perluasan sebesar US$ 2,4 miliar sebagai hasil Pertemuan Investasi AS-Indonesia di Washington DC, pekan ini.
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan kegembiraannya karena target untuk menggaet diversifikasi minat investasi asal AS bisa dipenuhi. Apalagi menurutnya, masih banyak lagi potensi investasi yang belum dilirik AS seperti infrastruktur dan maritim.
"Kami memang menargetkan diversifikasi jenis investasi asal AS dalam kunjungan kali ini mengingat 90 persen investasi asal negara tersebut di Indonesia berasal dari sektor pertambangan. Dengan adanya minat investasi ini, kami bisa bilang kalau target tersebut sudah bisa kami capai," ujar Franky melalui siaran pers, dikutip Rabu (28/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat data realisasi investasi AS sejak 2010 hingga kuartal III 2015, memang sektor pertambangan mendominasi realisasi investasi asal AS dengan nilai US$ 7,2 miliar dari total realisasi sebesar US$ 8 miliar. Realisasi lainnya terdapat pada sektor perdagangan/reparasi US$ 258 juta, industri makanan US$ 167 juta, industri alat angkut US$ 142 juta, dan industri kimia/farmasi US$ 56 juta.
Sedangkan minat-minat investasi yang masuk selama kunjungan di AS adalah perluasan investasi milik Coca Cola senilai US$ 500 juta, penambahan belanja modal Philip Morris senilai US$ 500 juta, perluasan investasi Cargil sebesar US$ 750 juta, dan pembangunan remanufacturing facility milik Caterpillar sebesar US$ 12 juta.
Agar diversifikasi investasi ini terus berlanjut hingga tahap realisasi, Franky berjanji akan terus memantau pemberian izin prinsip hingga konstruksi berjalan atas rencana-rencana investasi tersebut.
"BKPM akan terus mengawal agar rencana investasi yang sudah disampaikan tersebut dapat segera direalisasikan terutama yang perluasan, serta masuk dalam tahap pengajuan izin prinsip untuk yang masih dalam bentuk statement of investment," ujarnya.
Lebih lanjut, Franky mengatakan kalau minat sebesar US$ 2,4 miliar ini merupakan bagian dari 18 kesepakatan bisnis senilai US$ 20 miliar yang terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) AS di Indonesia, investasi Indonesia di AS sebesar US$ 175 juta, serta kerjasama beberapa proyek antara entitas usaha AS dengan perusahaan-perusahaan Indonesia sebanyak US$ 16,06 miliar.
Sebagai informasi, realisasi investasi asal Amerika Serikat antara Januari hingga September 2015 tercatat sebesar US$ 853,71 juta, atau menurun 11,6 persen dari angka US$ 965,9 juta di periode yang sama tahun sebelumnya. Investasi Amerika Serikat tersebut, berkontribusi sebesar 4,0 persen dari total Penanaman Modal Asing sebesar US$ 21,33 miliar sepanjang sembilan bulan pertama 2015.
(gen)