Gandeng Perusahaan AS, Peruri Bakal Cetak Mata Uang Asing

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Rabu, 04 Nov 2015 15:16 WIB
Rencana tersebut disusun manajemen Perum Peruri usai bekerjasama dengan dua perusahaan asal Amerika Serikat, Crane & Co. dan Jarden Zinc Products.
Seorang petugas tampak merapihkan tumpukan uang di cash center Bank Negara Indonesia Pusat, kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (21/10/2013). (Rachman Haryanto/detikFoto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) menyatakan ingin mempelajari teknologi percetakan mata uang yang lebih canggih dalam kerjasama dengan dua perusahaan asal Negeri Paman Sam. Nantinya, Perum tersebut berencana menggarap percetakan mata uang negara lain.

Seperti diketahui, Perum Peruri telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) dengan dua perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Crane & Co. dan Jarden Zinc Products.

Penandatanganan dilakukan pada 26 Oktober 2015 lalu di Washington D.C., AS, oleh Direktur Utama Peruri Prasetio dengan CEO Crane Stephen DeFalco dan dengan President Jarden Zinc Products Thomas Wennogle. Penandatanganan itu juga disaksikan oleh Presiden Joko Widodo.
Direktur Utama Perum Peruri Prasetio mengungkapkan MoU tersebut tidak bersifat mengikat. Penandatanganan itu merupakan upaya Peruri untuk meningkatkan kompetensi. Hal ini mendukung upaya diversifikasi usaha dan ekspansi pasar ke luar negeri ke depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Ini kerjasama membangun kompetensi mengarah pada diversifikasi” kata Prasetio dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (4/11).

Selama ini, pendapatan usaha perusahaan sebagian besar masih bergantung pada produk uang Rupiah pesanan Bank Indonesia (BI). Per akhir September 2015, Peruri mencetak pendapatan usaha sebesar Rp 2,17 triliun atau naik 26 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebanyak 74 persen dari total pendapatan usaha berasal dari produk uang Rupiah.

“Kalau ada potensi mencetak uang luar negeri di mana kapasitas di dalam negeri sudah tercukupi untuk Bank Indonesia, kelebihan (kapasitasnya) bisa ditransfer ke sana,” ujarnya.

Prasetio menyatakan, MoU dengan Crane Currency mencakup kerja sama dalam hal security features untuk mendukung inisiatif pendirian pabrik kertas uang. Saat ini, Crane Currency telah memiliki pabrik percetakan uang di AS dan Swedia.

“Crane (Currency) ini memiliki kompetensi pabrik kertas dengan security yang tinggi, kalau di teknis namanya security 3D motion,” tutur Prasetio.

Ia mengungkapkan, dengan adanya MoU tersebut, perusahaan ingin belajar teknologi pengaman 3D motion dari Crane. Teknologi itu juga digunakan pada lembaran uang kertas dolar AS.

Standar Negara Lain

Meskipun saat ini teknologi tersebut belum digunakan di Indonesia, Prasetio menilai teknologi itu bisa digunakan Peruri untuk melayani pesanan produksi uang kertas dari negara lain yang menggunakan teknologi tersebut ke depannya.

“Kita bisa mengembangkan, ikut serta, misalnya konsorsium, kalau ada satu negara yang melakukan pengadaan dolar, security features atau paper-nya dari mereka, teknologi printingnya dari kita,” ujarnya.

Sementara, MoU dengan Jarden Zinc Product mencakup kerjasama dalam pendirian fasilitas produksi blank coin yang terbuat dari zync. Sama halnya dengan Crane Currency, Peruri juga ingin menjajal bantuan teknis terkait produksi uang logam yang terbuat dari zync, berbeda dengan uang logam di Indonesia yang terbuat dari kuningan dan aluminium. Selain itu, teknologi pengolahan logam zync itu bisa juga dikembangkan untuk produk non-uang seperti medali.

“Potensi pasar yang bisa dikembangkan adalah pasar non-Indonesia,” ujarnya. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER