Rupiah Lemah, Kurs Tengah BI Dekati 13.400 per Dolar AS

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Kamis, 23 Jul 2015 12:31 WIB
Bank Indonesia menetapkan kurs tengah rupiah di level 13.394 per dolar AS pada Kamis (23/7), melemah 0,19 persen dari hari sebelumnya
Petugas mengangkat tumpukan uang kertas rupiah di Cash Center BNI, Jakarta, Rabu, 1 April 2015. Uang tersebut akan didistribusikan ke mesin atm yang berada di wilayah Jakarta. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah karena sentimen rencana penaikan suku bunga acuan negeri Paman Sam tersebut dan fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai belum stabil.

Pelemahan yang terus terjadi membuat Bank Indonesia menetapkan kurs tengah rupiah di level 13.394 per dolar AS pada Kamis (23/7), melemah 0,19 persen dari hari sebelumnya. Sementara itu, di pasar uang, rupiah sempat bertengger di level 13.418 hingga 12.10 WIB.

Kepala Riset PT Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan penguatan dolar AS tersebut disebabkan oleh sentimen rencana penaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (The Fed). Padahal, rencana penaikan tersebut masih dalam kajian The Fed terkait ekonomi global.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“The Fed masih mempertimbangkan kondisi ekonomi Eropa dan China jika suku bunga jadi dinaikkan,” ujarnya saat dihubungi CNN Indonesia, Kamis (23/7).

Namun, menurut Ariston, spekulasi penaikan semakin meningkat setelah pasar menilai kondisi Yunani mulai membaik karena adanya sejumlah kesepakatan. Ia menilai, kekhawatiran pasar tentang kondisi ekonomi negeri Dewa itu berangsur mereda.

“Kekhawatiran tentang Yunani sudah mereda. Di sisi lain, fundamental ekonomi kita malah terlihat belum stabil,” jelasnya.

Ariston menilai, dari dalam negeri, persoalan utama masih dari adanya perkiraan perlambatan ekonomi yang berlanjut. Apalagi, lanjutnya, beberapa lembaga seperti Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) telah merevisi target pertumbuhan ekonomi Tanah Air.

“Sentimen kita masih terkait pertumbuhan ekonomi fundamental ekonomi. Saat ini kita menantikan data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II pada Agustus nanti,” jelasnya.

Ekonom PT Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra menilai perlambatan ekonomi diprediksi cenderung bertahan pada kuartal II 2015. Menurutnya, kenaikan impor barang modal mengindikasikan aktivitas investasi akan meningkat ke depannya.

“Meskipun demikian, kami menilai observasi pada data diperlukan untuk mencapai kesimpulan tersebut karena impor barang modal relatif masih sepi tahun ini,” jelasnya dalam riset.

Saat ini, lanjut Aldian, pihaknya menilai perlambatan ekonomi akan bertahan pada kuartal II 2015 karena lesunya ekspor dan masih lemahnya permintaan domestik. “Traksi yang lebih kuat lebih mungkin terjadi pada semester II 2015 tergantung dari eksekusi pemerintah pada program infrastruktur dan perbaikan pada keyakinan investor swasta,” jelasnya.

Bank Indonesia (BI) menilai nilai tukar rupiah yang semakin melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat nilainya terlalu murah dibandingkan dengan mata uang negara lain yang juga terdepresiasi.

Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo menjelaskan indikasinya bisa dilihat dari nilai rupiah saat ini yang berada di bawah nilai Riil Effective Exchange Rate (REER) atau undervalue.

"Kalau dilihat REER, memang rupiah ada di bawah 100. Itu menunjukkan slidely undervalue dibanding currency-currency negara mitra utama kita," ujar Agus saat ditemui usai menggelar acara Halal Bihalal di Gedung BI Pusat, Rabu (22/7). (gir/gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER